Berbeda dengan jazirah Arab, dimana sebuah Bangsa terbagi menjadi banyak Negara, Indonesia adalah sebuah Negara yang terdiri dari beberapa Bangsa. Ini menjadikan Negara kita sangat kaya akan budaya. Ada ujar-ujar menarik, jika Anda mampu berbahasa Arab maka Anda bisa berbicara di seluruh jazirah arab mulai dari Arab Saudi hingga Palestina. Tapi di Indonesia, Anda membutuhkan pengetahuan yang banyak sekali terkait bahasa dan dialek untuk mampu mehami secara baik percakapan warga Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Sayangnya, kekayaan budaya itu kini tak cukup melekat pada generasi yang sudah semakin akut mengadaptasi cara berbicara hingga cara berpakaian ala barat atau ala korea. Perkembangan tekhnologi yang mendukung pertukaran budaya antar benua memang memberikan keleluasaan kepada orang untuk mengenal budaya dari seluruh dunia. Tidak sepenuhnya buruk, tapi mesti bagaimanapun budaya sendiri tak boleh kehilangan tempat di negeri sendiri.
“People without the knowledge of their past history, origin and culture is like a tree without roots.” — Marcus Garvey berpesan: Orang tanpa pengetahuan tentang sejarah masa lalu, asal usul, dan budaya mereka seperti pohon tanpa akar.
Zaman boleh berubah dan generasi terus berganti namun budaya sebagai warisan bangsa Indonesia mesti tetap dilestarikan. Budaya mesti dirawat dan dikenalkan sedini mungkin, salah satunya melalui ruang-ruang kelas. Kita harus bisa menciptakan Ekosistem pendidikan yang mampu memberikan ruang untuk tumbuh dan lestarinya kebudayaan, sebagaimana kesatuan ‘Pendidikan’ dan ‘Kebudayaan’ dalam akronim KEMENDIKBUD. Dan, setidaknya ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengenalkan Budaya kita di ruang kelas:
Makanan
Indonesia memiliki banyak sekali resep makanan yang khas, bahkan pada tahun 1967 Soekarno pernah menerbitkan buku berjudul Mustika Rasa, buku yang berisi rangkuman kreasi makanan khas seluruh Indonesia. Keanekaragaman makanan tradisional itu bisa ditemukan hingga ke daerah-daerah kita sendiri semacam Geblek atau Clorot di Purworejo. Guru bisa meminta siswa untuk membawa bekal makanan khas daerahnya dan mempresentasikannya di dalam kelas. Bercerita mulai cara pembuaatan, bahan-bahan yang dibutuhkan hingga filosofi makanan tersebut. Hal ini dapat memberikan rangsanagan yang kuat akan ketertarikan soal budaya.
Pakaian
Meminta siswa memakai pakaian tradisional atau pakaian adat terntentu saat hari Besar adalah ide yang bagus meski kadang dikeluhkan orang tua siswa karena biayanya. Sebab itu diperlukan ikatan yang kuat antara sekolah dan juga orang tua siswa untuk membangun kesadaran bersama dalam melestarikan budaya. Seperti halnya makanan, ketika siswa diminta membawa makanan tertentu atau mengenakan pakaian adat tertentu, idealnya para orang tua telah lebih dulu bercerita di rumah untuk menjadi bahan presentasi anak didik. Jika sekedar memakai pakaian adat, maka semangatnya hanya berhenti pada euforia dan romantisme sejarah saja. Coba untuk mempresentasikan atau bercerita lebih dalam tentang bagian-bagian pakaian tradisional itu.
Cerita Tradisional
Umumnya nama setiap tempat atau desa selalu berkaitan dengan peristiwa di masa lalu. Berikan tugas pada anak didik untuk menceritakan asal-usul nama Desa mereka di depan kelas sehingga seluruh kelas bisa saling belajar tentang kisah di masa lalu. Tugas guru untuk memberikan bimbingan dan arahan agar cerita tersebut bisa memberikan pengaruh yang positif. Dengan tugas seperti ini, anak didik akan terbiasa menggali informasi dari tetua desa atau orang-orang yang mehamai sejarah dimana ia tinggal.
Musik
Musik adalah bahasa universal yang dimengerti semua orang. Musik tradisional negara kita juga tidak kalah kayanya. Guru bisa mempresentasikan beberapa alat tradisional di depan kelas dan meminta anak didik untuk mencobanya. Apabila memiliki keterbatasan, youtube memiliki ribuan video tentang alat musik khas di negara kita untuk dibagikan di depan kelas. Beri ruang siswa untuk memberikan pendapat terhadap musik yang ia dengar atau video yang ia lihat.
Tugas Liburan
Sebelum liburan panjang berilah mereka tugas Liburan yang berkualitas, misalnya bercerita tentang kegiatan khas di desa mereka. Kegiatan ini akan dipresentasikan saat mereka masuk ke sekolah. Ketimbang langsung dihantam dengan kurikulum yang membosankan, hari pertama akan sedikit mengasyikkan ketika diisi dengan saling berbagi cerita terkait acara khas didaerahnya masing-masing. Lebih maknyus lagi jika bisa dipresentasikan di luar kelas.
Jika Anda bisa melakukannya, Anda akan menjadi guru yang lebih baik karena telah menyiapkan anak didik yang mengenal budayanya sendiri. Generasi yang mengenal budayanya sendiri akan berpotensi menjadi pemimpin yang hebat.