Apakah ‘Polling’ Layak Mendapat Kepercayaan Kita?

Awalnya, kemunculan polling nama-nama Calon Bupati Purworejo 2020 menjadi sesuatu hal yang menarik. Namun, pada akhirnya hanya menjadi sampah digital yang disikapi dengan scroll cepat-cepat oleh netizen yang budiman. Opo sih iki.

Pilkada 2020 yang yang ada didepan mata tentu saja menarik bagi Masyarakat Purworejo. Meski belum jelas akan maju lagi atau tidak (Gelitik: Agus Bastian: Saya Cukup Satu Periode?), wajah-wajah penantang potensial dari berbagai latar-belakang telah bermunculan. Nama-nama itu mulai marak melalui share-share an link dari pollingkita di beberapa grup whatsapp. Salah satunya yang dimenangi oleh kalangan professional, Nikmah Nurbaity, Kepala SMA Negeri 7 Purworejo (Baca: Nikmah Nurbaity Jadi Kandidat Cabup Terkuat). Tidak jelas, siapa yang mengawalinya namun sekarang polling itu malah justru seperti polling-pollingan untuk memenuhi keinginan pihak tertentu. Terlalu sulit polling ini dilihat sebagai polling yang dapat dipertanggungjawabkan. Lebih-lebih sampai layak dijadikan rujukan oleh masyarakat untuk memimpin Purworejo.

Di alam demokrasi kita, kita biasa mengenal beberapa metode yang berulang kali mondar-mandir jelang pil-pilan seperti ini. Mulai dari exit poll, quick count hingga real count. Ketiganya adalah produk yang berbeda. Untuk urusan hasil, Real Count memberikan informasi yang paling bisa dipercaya. Hal ini dikarenakan Real Count mengambil basis data dari 100% C1 Plano. Ini yang menyebabkan hasil real count cenderung membutuhkan waktu berhari-hari karena terkendala di pengumpulan 100 persen data. Diantaranya, karena sinyal yang buruk di beberapa pelosok yang kesemuanya harus diambil datanya. Ini berbeda dengan Quick Count yang menggunakan sampling dari TPS-TPS yang sudah dipilih sebelumnya. Hasilnya bisa didapat dengan cepat karena tidak perlu mengambil data dari semua TPS. Persamaannya dengan real count? Basis datanya sama-sama mengambil dari C1 Plano hasil rekapitulasi di TPS.

Lain halnya lagi dengan Exit Poll. Exit Poll menggunakan pemilih yang baru saja selesai melakukan pencoblosan. Peneliti akan memilih secara random pemilih yang baru saja kelaur dari TPS dan memberikan pertanyaan seputar pemilu, mulai dari tingkat kepuasan hingga calon yang dipilih. Soal ketepatan hasil perhitungan, metode ini memang memiliki lebih banyak kelemahan dibandingkan quick count. Misalnya saja terhadap responden yang berbohong atau tidak mau menyampaikan pilihannya.

Sementara itu polling yang berseliweran di whatsapp sama sekali tidak bisa disamakan dengan metode statistika di atas. Perbedaan mendasar ada pada waktu pelaksanaannya. Exit Poll, Quick Count dan Real Count diselenggarakan setelah pencoblosan, sementara polling kita ini telah jauh beredar sebelum masa pencoblosan. Dengan begitu, tujuannya juga akan sangat berbeda. Exit Poll hingga Real Count berusaha mencari hasil perhitungan suatu pemilihan umum, sementara polling yang diadakan jauh-jauh hari sebelum pemilu bisa bertujuan sebagai manuver peningkatan elektabilitas hingga gaya-gayaan semata. Bahkan untuk beberapa hal polling tersebut bisa dimaknai sebagai guyon waton. Poinnya adalah, Masyarakat tidak boleh serta-merta mempercayai polling-polling itu sebagaimana mereka percaya dengan quick count dan kawan-kawannya yang telah teruji secara statistika. Ada beberapa hal yang bisa kita perhatikan,

Penyelenggara Polling; kelemahan pertama dari pollingkita.com adalah siapapun dapat dengan mudahnya membuat polling. Padahal, penyelenggara polling haruslah lembaga yang kredibel untuk menghasilkan sesuatu yang juga dapat dipercaya. Saking mudahnya malah sampai menyebabkan banjir polling kita dengan berbagai versi di sosial media kita.

Penentuan Populasi Contoh; Ini adalah salah satu hal krusial yang sulit dipenuhi karena siapapun bisa memberikan suara pada polling online. Polling bisa dilakukan oleh siapa saja meski pada nantinya ia tidak bisa memberikan suaranya. Bahkan anak-anak usia belasan yang belum memiliki hak pilih juga bisa ikutan iseng memilih orang yang mereka idolai. Misalnya Kepala Sekolah mereka sendiri.

Metode Penarikan Contoh; masalah lain yang timbul adalah soal penarikan contoh. Pertama, sharing link yang terlalu bebas dan subjektif. Pembuat polling cenderung membagikan link kepada komunitasnya sendiri dengan tujuan mengunggulkan salah satu calon. Kedua, tanpa metodologi dan data-data yang akurat, pembuat polling tidak mampu menentukan prosentase yang akurat dari jumlah contoh yang diambil. Pada poin ini menyebabkan margin of error tidak bisa ditentukan sehingga membuat polling tidak layak dipercaya.

Sebab itu, ketimbang berlarut-larut dolanan polling yang sama sekali tidak mendidik masyarakat Purworejo, akan lebih baik jika kita mengajak masyarakat Purworejo mulai melakukan riset kecil-kecilan dalam menentukan pemimpinnya di masa yang akan datang.

Pertama, Kupas habis akun media sosialnya. Follow calon-calon potensial dan pelajari postingannya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan, foto yang di upload hingga caption bisa memberikan informasi yang menarik terkait calon pemimpin kita. Dari caption itu kamu bisa melihat ide-ide hingga visinya. Dari foto yang dia unggah kamu bisa melihat seberapa sering ia membicarakan kota kita dan peduli akan perkembangannya. Pokoknya buanyaaaak yang bisa diepalajari dari sebuah akun sosial media. Ketimbang android hanya digunakan untuk game terus-terusan, setidaknya luangkan satu soremu dengan meneliti calon potensial untuk Kabupaten kita.

Kedua, Pelajari rekam jejaknya. Sebagai generasi millenial sangat mudah bagi kita untuk meneliti rekam jejak seorang tokoh. Bisa dimulai dengan browsing berita-berita di portal berita. Hal-hal yang bisa kamu cari adalah, riwayat Sekolah dan pekerjaannya, jenjang karir hingga prestasinya atau bahkan ada hal-hal buruk yang pernah dilakukan di masa lalu. Semuanya bisa menjadi bekal untuk dilanjutkan ke penilitian fisik langsung di lapangan, seperti tanya ke bekas karyawan atau tetangganya. Sangat tidak mungkin kan kalau Kabupaten kita akan dipimpin oleh orang yang nol pengalaman. Jika begitu, sudah tentu banyak rekam jejak yang bisa kita download.

Yak, sudah saatnya kita memilih dengan lebih teliti. Peradaban millenial sudah sepatutnya acuh terhadap manuver guyon lewat polling asal-asalan. Kini saatnya bagi kita untuk memilih dengan lebih beralasan.

Lalu apakah polling-pollingan itu masih layak dipercaya? Ya terserah kamu deh.

Rekomendasi
Populer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Direktori