kopi purworejo

Mengapa Kopi Purworejo Layak Dicintai

Akhir-akhir ini Purworejo digemparkan dengan kisah Keraton Agung Sejagat. Ini lebih seperti tamparan yang cukup keras alih-alih dimaknai sebagai romantika sejarah: kebetulan yang membawa berkah. Sebabnya, jika kita mau menjawab sebaris pertanyaan ini barang sebentar saja, situasi romantis itu bisa jadi kembali berujung ke diskusi berkepanjangan yang tak usai-usai. Opo iyo, tidak ada hal lain yang benar-benar bisa mengangkat kota kita ketimbang hanya sebatas pemberitaan yang tiba-tiba booming dan akan kembali tiba-tiba menghilang. Pyettt.

Hal-hal potensial di kota tercinta kita ini memang tak pernah bisa terangkat secara maksimal. Bedhugnya yang terbesar, duriannya yang terenak, pramukanya yang dibanggakan dan bertambah lagi deretan pertanyaan-pertanyaan itu ketika kita membicarakan Kopi.

Di salah satu dudut Warung Bogowonto, Imam Prayodi, pegiat kopi yang tergabung di Komunitas Pecinta Kopi tampak berapi-api bercerita mengenai ‘dunia kopi’ Purworejo. Tapi nuansanya jadi lemes ketika membicarakan bahwa penduduk kita hanya mau mengenal kopi pabrikan, sementara di segala sudut Purworejo gerakan menanam kopi hingga mengemasnya menjadi merk-merk kopi khas daerah sedang bergeliat.

“Bicara kopi mesti bicara juga dari hulu. Dulu banyak petani kita yang menanam kopi, namun karena merugi mereka memilih menanam tanaman yang lain. Padahal tanaman-tanaman pengganti seperti albasiyah tak cukup menampung air sehingga menjadikan Purworejo kemarau berkepanjangan. Kabar baiknya, Hari ini trend menanam kopi kembali bergeliat karena potensi penghasilan sudah lebih baik. Tahun depan saya dan teman-teman memiliki target 50.000 bibit kopi”, terang Imam dalam obrolan santai itu. Beberapa aktivis kopi lain juga banyak bercerita soal naik-turunnya dunia kopi Purworejo.

“Harusnya expo-expo lebih diwarnai kopi atau produk lokal yang lain, bukannya kuliner gurita-guritaan”

Kopi Purworejo merupakan salah satu hal potensial di Purworejo yang terus mencari tempat dan peluang di hati masyarakat. Diantara se abrek barang yang menemani kita sehari-hari, toh kopi selalu menjadi yang paling setia di siang dan malam kita. Sudah selayaknya masyarakat memberikan ruang dan cintanya untuk kopi Purworejo.

Setidaknya ada beberapa alasan yang harus kita ketahui:

Banyak Citarasa

Petani kopi di Purworejo masih menganut sistem penanaman acak, atau tidak bergerombol dalam satu blok seperti di kota tetangga semisal Temanggung. Sebabnya, petani Purworejo tidak fokus hanya menanam pohon kopi saja. Disekelingnya juga ditanami kelapa, kapulogo dan rempah-rempah yang lain. Hal ini menyebabkan kopi purworejo memiliki aroma yang bermacam-macam. Rasa kopinya tetap kopi, namun aneka rempah-rempah di sekelilingnya memberika kekhasan aroma tersendiri. Alhasil kopi purworejo memiliki banyak sekali citarasa.

Memiliki Ciri Khas Tersendiri

Kopi Purworejo memiliki cirikhas tersendiri dibanding kopi dari daerah lain. Ini karena kopi purworejo dapat tumbuh di daerah yang tidak terlalu tinggi. Bicara soal purworejo, kopi bukan hanya milik pegunungan. Bahkan daerah pantai pun mampu menghasilkan kopi.

Tidak Terlalu Berat

Untuk kadar kopi, kopi purworejo tidak terlalu berat. Pahitnya tidak terlalu pahit dan kecutnya tidak terlalu kecut. Masyarakat awam memang tidak selalu mulus ketika diedukasi untuk hijrah dari kopi pabrikan ke kopi lokal. Salah satu sebabnya karena lidah masyarakat tidak terbiasa dengan rasa yang terlalu berat. “Terlalu berat”, atau “Terlalu Kecut”, begitu kira-kira seringkali masyarakat mengomentari kopi olahan sendiri. Kopi yang tidak terlalu berat ini membuatnya cocok dinikmati banyak kalangan dan banyak tempat, bahkan di tempat-tempat panas seperti Semarang.

Harga Terjangkau

Ada problem tersendiri mengajak masyarakat untuk mau beralih ke kopi lokal. Salah satunya tentu saja karena harganya yang relatif lebih mahal. Padahal jika mau lebih teliti, harga yang lebih mahal itu sebanding dengan kualitas kopi yang didapatkan. Kopi olahan sendiri terbebas dari bahan pengawet dan campuran. Tentu saja lebih aman dan justru berkhasiat untuk dikonsumsi. Namun, kopi purworejo pun bisa dinikmati dengan harga yang cenderung murah yakni mulai dari 20.000 per 100 gr.

Tersedia Di Seluruh Penjuru Purworejo

Di Purworejo, hampir 200 desa sudah membudidayakan kopi. Bahkan 16 diantaranya telah memiliki PIRT dan telah mengemasnya sedemikian rupa dengan merk dan branding sendiri. Kopi yang tersebar di segala penjuru Purworejo ini memiliki ciri khas masing-masing yang layak untuk dicoba.

Meski belum memiliki market khusus di kota kita, kopi-kopi ini bisa dengan mudah ditemui di berbagai tempat tongkrongan atau kafe yang ada di Purworejo. Atau jika ingin sambil bertanya-tanya lebih jauh bisa mengunjungi boot KPK di CFD Purworejo yang bertempat di depan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Purworejo. Setidaknya kopi-kopi lokal purworejo seperti Kopi JK dari Jelok, Captain Kopi dari Pangen, Kopi Gumregah dari Kedunggubah, Kopi Gunung Kembang dari Kaligondang Pituruh, Kopi Benowo dari Bener, Kopi Petik Merah dari Pamriyan, Kopi Kapiler dari Pangenjurutengah dan Kopi Nyong Siro dari Kemiri bisa dinikmati dilokasi.

Diantara gempuran produk-produk pabrikan, orisinalitas kopi lokal kita bak perawan yang layak untuk dicintai.

Rekomendasi
Populer

2 Comments. Leave new

  • Mantaaappppp… Kopi JK, Kopi Kapten148, Kopi Gumregah, Kopi Kapiler, Kopi Berbisik, Kopi Benowo, Kopi Seplawan, Kopi Gunung kembang, Kopi Puncak kunir, Kopiku 58, Kopi Djo, Kopi Rakjat, Kopi Bogowonto, Kopi petikmera… Brand Kopi Orisinil ASLI PURWOREJO, ?????

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Direktori