Akhir-akhir ini saya sedang senang menyimak pengajian-pengajian KH. Bahauddin Nursalim, atau biasa disapa Gus Baha’ yang ada di youtube.
Di sekitar tahun 2013, sebenarnya saya sudah dikenalkan audio rekamannya oleh temanku: Sofyan Rizali Zain. Namun, karena waktu itu sedang suka menyimak kajian kitab Al-Hikam oleh KH. Imron Jamil, aku belum begitu tertarik.
Kini, pengajian Gus Baha mulai melejit di berbagai platform media sosial, baik di podcast, telegram, instagram sampai youtube. Meski kebanyakan berupa audio (karena awalnya beliau enggan diambil videonya, dan kini hanya di moment tertentu saja), tak mengurangi kualitas isi kajiannya.
Sebagai orang yang dididik dan terlahir dari pesantren (tak pernah memakan bangku kuliah baik di dalam maupun luar negeri), Gus Baha layak menjadi santri idola. Ia hafal al-Quran, Sahih Muslim (lengkap dengan matan dan sanadnya), Fathul Mungin, dan beberapa kitab lain, di luar kepala.
Alhasil, wajar jika Prof. Dr. KH. M. Quraish Shihab – salah satu mufassir al-Quran terbaik di Asia saat ini – memuji kiai kampung yang mendalam dalam mengkaji tafsir dan fiqih ini. “Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail Al-Qur’an hingga detail-detail fiqh yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Qur’an seperti Pak Baha’,” puji Sang Professor, ayahanda Najwa Shihab.
Beberapa ulasannya kini mulai muncul di website, mulai dari NU Online, Alif.id sampai beberapa blog pribadi. Beberapa video (tak hanya audio) juga mulai ada yang merekam dan bisa disimak di youtube.
Gus Baha menjadi idola baru bagi santri NU, yang seakan selalu muncul “pendekarnya” dari bilik pesantren. Ada yang sarat dengan kisah dan sejarah seperti Gus Muwafiq. Ada yang mengolaborasikan analisisnya dalam membedah sesuatu seperti Ulil Abshar Abdalla. Ada yang beraroma kiri dan gerakannya sangat kuat dalam membela “mustad’afin” seperti Gus Muhammad Al-Fayyad. Ada juga Gus Baha yang mengkaji Kitab dengan mendalam, bernas dan santai. Dan masih banyak lagi.
Wajar, jika salah seorang kiai di Sragen sempat melihat NU seakan “dunia terbalik” pasca wafatnya Gus Dur. Namun kini beliau optimistis ketika gerakan kaderisasi dan “pendekar” muda NU bermunculan. 😊