Masker Teklek Kecemplung Kalen

Menanti Masker Teklek Kecemplung Kalen

Pandemi Virus Corona (covid-19) kian menjadi-jadi, mewabah dengan ganas di Indonesia. Banyak warga cemas, was-was, takut, dan parno meski pemerintah terus menghimbau untuk tetap santuy. Sementara jelas tergambar jumlah korban berpulang semakin banyak dan yang positif mengidap Covid-19 kian bertebaran.

Wajar jika rakyat kian hari kian cemas, takut setiap saat mereka bisa saja akan terpapar, menjadi korban selanjutnya. Ya, untuk menghindaari semua yang dibutuhkan masyarakat memang bukan himbauan, soal himbauan mereka bukan anak kecil lagi yang harus dicup-cup. Yang dibutuhkan adalah seperangkat kesiapan medis, termasuk masker dan hand sanitizer. Nyatanya dua barang tersebut semakin langka macam mencari perawan di kota.

Imbasnya, warga +62 yang memang kreatif ini mengeksplorasi kegelisahanya melalui meme. Belakangan ini ramai berseliweran meme berisi sindiran menohok kepada para Calon Legislatif (Caleg) maupun Partai Solitik. Isinya kira-kira begini: “Dulu waktu Pemilu baju dan sarung dibagi oleh Caleg dan Partai Politik meski rakyat tidak membutuhkan. Sekarang satu masker saja tak sanggup dibagi waktu rakyat membutuhkan.”

Meski nyatanya kini banyak partai yang mulai menggelar aksi sosial bagi-bagi masker,hand sanitizer disebar, tendon-tandon alat cuci tangan ditempatkan disana sini, dan penyemprotan disinfektan terus dilakukan secara massif. Tapi, dalam berswadaya mereka tak sesemangat waktu hajatan pemilu.

Wajar jika akhirnya di sosmed maupun story-story WA bertaburan gambar masker bergambar logo partai. Meme-meme tersebut ramai, isinya, tentu sangat menyendir. Perkara yang disindir keroso atau tidak, itu soal hati.

Tapi, saya kira mereka cukup tersindir, buktinya banyak kok pejabat legislatif bergotong royong potong memotong gaji. Iuran sana sini. Tapi ya sekali lagi, itu belum seberapa jika dibanding pengeluaran saat pemilu legislatif. Konon sekali pemilu saja, minimal masing-masing calon menghamburkan uang sekira Rp500 juta. Tapi kini yang disumbangkan, berapa persennya sob?

Harap dimaklumi. Sekarang bukan musim Pemilu, jadi buat apa repot-repot mikirin konstituen. Apalagi bagi Caleg yang gagal. Belum lagi, mborong masker juga akan menambah pengeluaran ditengah angsuran bulanan dan segala rupa proposal yang mencekik tenggorokan.

Soal sindir menyindir memang rakyat kita sangat piawai. Sayangnya, soal mengelak dari sindiran, pejabat-pejabat elektoral kita lebih piawai.

Meski belum ada pasien yang positif terpapar virus Corona, masyarakat Purworejo sudah mulai cemas. Bahkan saya punya teman juga tiba-tiba sangat physical distancing. Beberapa hari ini dia rajin mengkonsumsi vitamin, minum jus jambu, dan mengkonsumsi madu asli. Soal masker dan hand sanitizier ini barang yang cukup langka untuk dia dapat. Bahkan masker yang biasanya gampang dijumpai, sekarang raib.

Imbasnya dia yang memang terkenal kreatif ini turut berpartisipasi mencipta meme masker. Latah ikut-ikut meme yang tengah ramai. Tapi menurut pengakuanya, disain meme maskernya anti mainstrem.

Betul saja, ternyata setelah nyetuk barang sejam didepan corel draw, ia berhasil membuat meme masker dengan tulisan TEKLEK KECEMPLUNG KALEN.
Begitu melihat hasil gambarnya saya kepalang kaget. Tepatnya kagum. Ternyata ia lumayan peka juga dengan keresahan masyarakat Purworejo meski kerjaanya cuma jadi kaum rebahan. Gambar maskernya menarik dan sedikit sarkas, penuh sindiran. Sekali lagi, perkara yang disindir kerasa atau tidak, itu soal rasa.

Adagium Teklek kecemplung Kalen (nimbang golek mending balen) memang sempat menjadi trend saat Purworejo memperingati Hari Jadi ke-189 belum lama ini. Kalimat yang diambil dari lagu berjudul Balen ini menjadi jampi-jampi Bupati Agus Bastian sebagai pesan politik diakhir jabatanya. Dicetak di kaos dengan jumlah banyak-banyak.

Kaos tersebut disebar kepada masyarakat meski mereka sebenarnya tidak butuh-butuh amat. Ya namanya juga masyarakat, dikasih kaos ya seneng. Mereka tak peduli jika kaos itu banyak dinilai sebagai upaya kampanye terselubung Bupati Agus Bastian.

Kini, disaat masyarakat membutuhkan masker untuk melindungi diri dari penularan virus, nampak Bupati Agus Bastian belum mampu bertindak banyak. Sejauh ini, belum juga membagikan masker dengan jumlah besar kepada masyarakat. Padahal masyarakat sangat membutuhkan seiring kabar virus Corona yang mulai menyerang Purworejo.

Paling tidak, upaya Bupati dan Wakil serta beberapa pejabat eksekutif lain ramai-ramai menyumbang gaji patut kita hargai. Dan kita doakan upaya realokasi anggaran daerah dapat segera dicairkan untuk memerangi pandemic virus corona. Kita juga doakan dompet peduli Purworejo semakin banyak menghasilkan pundi-pundi rupiah. Buat beli masker.

Soal Kaos, jika membagikan kaos dengan jumlah ribuan–bahkan katanya sampai sepuluh ribu–saja bisa, padahal rakyat tidak butuh. Mengapa Bupati tidak memalak kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan dirut Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk memborong masker. Toh kemarin juga kabarnya kepala OPD dan BUMD juga dibebani biaya pembuatan kaos Teklek dengan jumlah yang tidak sedikit.

“Jika cetak kaos dengan harga 35-50 ribu dengan jumlah banyak saja bisa, memborong masker harusnya juga bisa. Tapi pikir pemerintah mungkin saat ini masyarakat belum begitu membutuhkan. Dengan dalih belum ada yang suspect maupun positif terpapar virus Corona di Purworejo,” ucap sahabatku yang kini semakin Parno.

“Tapi bro, saya khawatir jika Bupati Agus Bastian membagikan masker, nanti masker tersebut ada tulisan TEKLEK KECEMPLUNG KALEN, hahaha,” sambungnya.

Sudahlah, kita nantikan saja. Jikalau tidak ada masker yang dibagiken, toh kaos Teklek Kecemplung Kalen bisa dipotong-potong dijadikan masker.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Rekomendasi
Populer This Month
Populer
Direktori