Bagus Roro Purworejo

Tugas Bagus and Roro Bukan Hanya Among Tamu!

*Kritik Tulisan Mbah Doyok Soal Bagus Roro

Sahabat saya, Muhammad Hidayatullah atau yang lebih karib disapa Mbah Doyok berceloteh tajam (sinis-red) tentang rencana akan kembali diselenggarakanya lomba Bagus-Roro Purworejo 2020. Sebuah lomba ganteng-gantengan dan ayu-ayuan yang diselenggarakan saban tahun.

Ya, (idealnya) Pemilihan Bagus and Roro adalah sebuah kompetisi mencari sosok pemuda dan pemudi visioner, inovati, kreatif, cerdas, berintegritas lagi berdedikasi tinggi terhadap perkembangan dunia pariwisata dan seisinya untuk dipilih menjadi duta wisata Kabupaten Purworejo. Sungguh perhelatan akbar yang wajib dinanti.

Dalam tulisanya berjudul Bagus Roro Jangan Hanya Bercita-cita Jadi Among Tamu, Doyok dengan lantang mengatakan bahwa keberadaan Bagus and Roro belum begitu dirasa impactnya dikhalayak ramai, minimal pemuda. Belum lagi, kata Doyok, sangat disayangkan penyelenggaraan Pemilihan Bagus and Roro yang menelan anggaran daerah cukup tinggi itu hanya melahirkan para among tamu. Hanya melahirkan segrombolan jejaka dan jelita yang lagaknya mirip Boy dan Girl Band ala opa dan ciwi-ciwi Korea.

SAYA SUNGGUH TIDAK SEPAKAT!!!

Pandangan saudara Doyok tentang Bagus and Roro adalah pandangan sinisme pribadi. Pandangan pribadi yang dipaksaken. Secara teori dan praktek, Doyok hanya tau sekelumit dan tidak mau tau tentang Bagus and Roro, tapi, sok mengkritik.

Saya tegasken, Bagus and Roro adalah duta wisata yang diseleksi ketat-ketat oleh panitia dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Purworejo. Pemilihannya matang, tugas pokok dan fungsinya gamblang. Orientasinya jelas. Dipilih dengan seksama oleh dewan juri kompeten. Bukan asal-asalan seperti mencomot gorengan diatas piring. Tugas utama Duta Wisata Bagus and Roro Purworejo adalah menjadi pelopor masyarakat akan pentingnya sadar wisata. Serta, mengedukasi masyarakat tentang pariwisata di Purworejo. Tugas yang tidak gampang.

Tugas pertama, adalah mengompori masyarakat tentang sadar wisata. Artinya menyadarkan dan mengajak masyarakat untuk berwisata dan mempromosikan wisata Purworejo. Apakah sudah dilakukan, tentu jawabnya sudah. Kalau tidak percaya tanya Istri pak Bupati. Selain sebagai Bunda Paud, Bunda Baca, dan bunda-bunda lainya, Ny Fatimah Verena Prihastyari adalah Bunda/Ketua Paguyuban Bagus Roro Purworejo.

Saya kenal akrab dengan Bagus Purworejo 2016, Soim namanya. Dia adalah Bagus yang banyak dikenal di Purworejo karena ketampanyanya nyaris sempurna. Dedikasinya tinggi terhadap dunia wisata, hal itu terbukti dengan semakin berkembangnya pariwisata di plosok-plosok desa.  Soim adalah orang yang banyak membidani lahirnya Pokdarwis di desa-desa.

Meski sudah tidak menjabat Bagus, Soim tetap aktif memperkanalkan wisata Purworejo. Buktinya kini Soim harus merantau setelah gagal mengadu nasib di Purworejo. Merantau untuk mempromosikan wisata Purworejo disambi mencari nafkah untuk makan keluarga. Sungguh mulia bukan?.

Pun demikian dengan Bagus Purworejo 2017, Galih GVR namanya, selain tampan, Galih ini cerdas. Ya meskipun keok di pemilihan Mas-Mbak Jateng (senasib dengan para pendahulunya dan juniornya), tapi semangat dan jasa Galih didunia pariwisata Purworejo cukup terasa. Hal itu terbukti dari naiknya jumlah wisatawan ke Purworejo, soal jumlahnya, saya lupa.

Dan Galih kini mimilih kerja yang sejalan dengan tugasnya menjadi Bagus. Ya, Galih memilih menjadi seorang tour guide. Alasanya jelas, agar bisa terus mempromosiken wisata Purworejo. Bahkan saking bosenya promosiken daerah wisata sendiri, sebagai tour guide, Galih kerjaanya mempromosikan pariwisata daerah lain. Menarik to?.

Itu baru dua Bagus, belum wakil-wakilnya. Kerjanya berat, setiap hari mikir, promosi wisata apa ya? Wisata kemana ya? Hari ini ada acara apa? Kapan kita hang out ya?.

Mbak-mbak Roro pun tidak bisa dipandang sebelah mata. Saban hari mereka mampu menarik sedikitnya ratusan pasang mata melihat keindahan wisata Purworejo hanya dengan post foto di Sosmed. Yang nonton kebanyakan gangkrangan. Apalagi jika foto sedikit nackal, tentu kebahagian tersendiri bagi para jomblo dan pencari suaka nafsu. Membuat jomblo bahagia apa bukan impact yang nyata?. Soal mbah Doyok tidak merasakan, itu pilihanya sendiri. Sebab takut istri.

Ya namanya Duta Wisata, ya harus mempromosikan wisata to. Soal gak dirasakan impactnya oleh Doyok, itu jelas, tugas Bagus-Roro itu ya promosiin wisata Purworejo ke khalayak luar daerah, ngapain capek-capek promosiin daerah sendiri ke orang sendiri. Orang Purworejo itu cukup main ke Alun-alun sambil nonton para penjaja makanan pinggir jalan digaruk Satpol PP mereka sudah bahagia. Lupa dunia.

Bahkan tidak tanggung-tanggung, Bunda Bagus Roro alias Istri Bupati rela mengajak suaminya sering tinggal di Jogjakarta dari pada di Purworejo. Hal itu demi andil sebagai Bunda Duta Wisata untuk turut mempromosikan wisata Purworejo di daerah lain. Bayangken, beliau berdua rela laju dari Jogja ke Purworejo demi pariwisata Purworejo. Patut dihargai.

Tugas kedua, tentu Bagus roro itu harus mengedukasi masyarakat tentang wisata Purworejo. Mereka pasti mengedukasi bahwa kerap terjadi silang sengketa antara pihak desa dan pihak pemerintah soal retribusi dan pendapatan, terakhir kasus Jatimalang. Bagus and Roro juga pasti cerita bahwa banyak wisata kotor tak terawat di sepanjang bibir pantai. Bangunan wisata yang proyeknya asal-asalan, bahkan sampai putus kontrak. Mereka juga pasti mengedukasi bahwa wisata curug itu pasti asat jika musim kemarau. Nah, kurang mengedukasi apa lagi toh.

Maka saya tegasken. Pendapat Gus Muhammad Hidayatullah alias Doyok itu kurang teliti. Bukan kurang, tapi tidak tepat. Tugas Bagus Roro banyak, tidak hanya Among Tamu.

Artikel, Citizen
Rekomendasi
Populer

1 Comment. Leave new

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Direktori