Untuk Siapa Industrialisasi Batang Dibuat?

Isu Industrialisasi sudah menjamur di Batang akhir-akhir ini , Pemerintah Kabupaten Batang sudah amat serius menyiapkan lahan untuk proyek tersebut. Ditambah akhir bulan ini atau awal bulan depan, rombongan Presiden dan kementrian terkait akan datang langsung ke Batang untuk mengecek kesiapan proyek ini, jadi saya rasa pemkab Batang yang dikomandoi oleh pak Wihaji ini sudah sangat serius untuk membangun industrialisasi di Batang.

Pertanyaan yang muncul, seberapa siapkah masyarakat Batang dalam proyek akbar ini? lalu pertanyaan lanjutannya adalah sudah siapkah skill dan mental masyarakat Batang dengan rencana proyek insdustrialisasi?, Dan pertanyaan endingnya seberapa besarkah keberpihakan adanya industrialisasi ini untuk masyarakat Batang?

Jika melihat peta Pulau Jawa, memang Kabupaten kita ini terletak di tengah-tengah pulau Jawa sepanjang jalan pantura. Keunikan lain, kabupaten kita ini juga memiliki luas bibir pantai yang hampir sama panjangnya dengan luas daerah pegunungan, ditambah masih banyaknya lahan kosong karena belum terjamah proyek besar di Batang selain PLTU dan Jalan Tol. Beberapa hal tersebut mungkin yang dirasa “sexy” oleh para investor sehingga semakin terangsang untuk menanam saham dan “berjudi” di Batang dalam bungkus Industrialisasi.

Jika Sumber Daya Alam Batang se “sexy” itu? Bagaimana dengan Manusianya, apakah juga bisa di bilang “sexy” pula? Ataukah yang terpenting industri ini bisa beroprasi entah masa bodoh siapa nanti yang bekerja gampang pikir keri? Tapi saya meyakini Pemkab Batang tidak sejahat itu.

Seyogyanya kesiapan Pemkab Batang dalam proyek industrialiasi ini bukan hanya persoalan SDA, misal pembebasan lahan tanah, tempat pembuangan limbah dan lainnya, bukan sebatas itu. Namun, harus di iringi dengan kesiapan SDM yang nantinya mengoprasikan dan mengisi posisi dalam pekerjaan proyek tersebut.

Stigma “paling sing kerjo ora wong pribumi” sudah tertanam di alam bawah sadar masyarakat saat tau adanya proyek ini akan dibuat, mereka juga menyadari skill mereka belum memadai, apalagi ditambah jika ijazah tidak menyukupi. Bisa dibilang, mentalnya udah kalah duluan sebelum bertanding.

Stigma ini muncul karena terlalu masifnya pemerintah pusat mendatangkan orang-orang luar negeri untuk bekerja di Indonesia, dengan alasan hanya pada posisi tertentu yang disitu belum ada orang Indonesia yang mampu. Padahal faktanya, ada juga orang luar negeri yang menempati posisi yang sebenarnya orang Indonesia saja banyak yang mampu.

Selain itu, kurangnya perhatian pemerintah setempat dengan tenaga lokal juga menjadi permasalahan musiman saat adanya proyek industri dibuat. Saat kurangnya tenaga ahli di wilayah tersebut, jelas para investor lebih memilih untuk mendatangkan tenaga ahli dari luar wilayah bahkan luar negeri untuk menjalankan roda proyeknya.

Adanya praktek impor tenaga ahli dari luar negeri sudah banyak di bicarakan oleh media dan disuguhkan kepada masyarakat. Itulah yang membuat stigma itu terus hidup dalam benak masyarakat. Namun bagaimana jika logika berpikir kita balik, anggaran untuk impor tenaga ahli di siapkan untuk pelatihan dan pematangan calon tenaga ahli dalam negeri. Maka harapannya dari posisi tertinggi sampai terendah semua di isi oleh orang dalam negeri terutama orang Batang itu sendiri dalam proyek industrialisasi di Batang, berani gak nih pemkab Batang?

Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam proses kesiapan SDM ini yang dapat berupa pendataan masyarakat lulusan tenaga bidang tertentu yang nantinya dibutuhkan, kegiatan Balai Latihan Kerja yang konsisten, dan keterbukaan pemkab Batang untuk mengajak diskusi dan dengar pendapat dengan para pakar dan stakeholder dalam bidang industri serta kegiatan lainnya yang mendukung.

Pelatihan untuk para calon pekerja ini diharapkan juga mengenalkan bagaimana perubahan ke revolusi industri 4.0, tujuannya tidak jauh agar nanti mereka tidak gugup dan bisa bekerja dengan harapan saat sistem 4.0 diterapkan di industri Batang. Selain terkhusus sistem 4.0, calon pekerja juga disiapkan mental daya juang pekerjanya agar seimbang antara skill dan mental dalam masuk dunia kerja.

Saya masih meyakini jika kemampuan orang Indonesia tidak jauh berbeda dengan orang luar negeri, hanya tinggal terus diasah baik skill dan mental. Nah, dengan adanya pelatihan dan berbagai persiapan lain di bidang SDM saya yakin akan muncul benih-benih calon pekerja yang siap dalam skill maupun terlebih mental calon pekerja, namun pemkab harus serius pula dalam penyiapan SDM ini, bukan sebatas formalitas belaka.

Jika kesiapan SDM ini benar diseriusi oleh pemkab, seserius pemkab menyiapkan SDA nya, saya yakin adanya industrialisasi di Batang dapat memberikan manfaat dan menjawab semua pertanyaan diatas. Namun sebaliknya jika kesiapan SDM ini belum matang namun proyek industrialisasi tetap dipaksakan, ya lagi-lagi persoalan klasik tentang impor tenaga ahli akan terus terjadi dan akhirnya kita sebagai masyarakat Batang hanya bisa melihat lalu lalang truk muatan hasil industri maupun orang-orang tidak dikenal yang menetap di mes ataupun kos.

Saya tidak anti industrialisasi, namun sekali lagi jika kesiapan SDA tidak diiringi kesiapan SDM, kita perlu tanya kepada para pemangku kebijakan dan keputusan disana bahwa “untuk siapa proyek industrialisasi ini akan dibuat?”

Harapan saya, mungkin sebagian besar masyarakat Batang dengan adanya industrialisasi ini hampir sama, semoga saja proyek besar ini berpihak pada masyarakat luas dalam negeri, khususnya masyarakat Kabupaten Batang itu sendiri sebagai tuan rumah. Mari berdikari di tanah sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Rekomendasi
Populer This Month
Populer
Direktori