Cepatan, Seni Tradisi yang Menggeliat Purworejo Barat

Seni tradisi di Kabupaten Purworejo jumlahnya sangat banyak. Hampir seluruh wilayah, memiliki warisan seni budaya dan kakek moyangnya yang antara satu dengan yang lainnya berbeda. Cepetan contohnya. Kesenian ini dipercaya berusia sangat tua dan masih bertahan hingga kini.

Jika anda berkendara dari Purworejo ke Kebumen melewati jalur alternatif yang berada di sebelah utara jalan nasional, pasti anda akan melintasi Kecamatan Pituruh sebelum masuk ke perbatasan. Wilayah ini secara geografis cukup luas dan bervariasi. Ada yang berwujud datar, namun banyak juga yang berbukit-bukit. 

Kondisi geografis yang beraneka rupa itu pulalah yang kemudian membentuk karakter kesenian budaya yang berbeda-beda dan berkembang di kawasan tersebut. Salah satunya kesenian Cepetan dari Desa Prapaglor Kecamatan Pituruh. Kesenian tersebut memang belum banyak orang yang mafhum. Namun, kesenian ini lestari menjadi ajang hiburan warga Pituruh, dan Purworejo umumnya. Kesenian ini pada awalnya merupakan kesenian tarian seperti tari Ronggeng. Selang berjalan waktu, tarian ini sudah dielaborasi dengan balutan kreasi baru nan unik.

Menurut informasi dar masyarakat, tari Cepetan eksis menjadi tarian khas sejak tahun 1985an. Kesenian ini tidak lepas dari sosok bapak Ponijan yang merupakan sesepuh yang paling berpengaruh di kesenian ini saat itu.

“Kesenian ini tidak ada yang mengetahui tanggal persisnya didirikan, namun sejak tahun 1985 sudah ada,” ujarnya Slamet, salah satu seniman Tari Cepetan, kemarin.

Slamet menjelaskan, dalam seni Cepetan dimainkan beberapa alat musik unik. Awal mulanya, kata Slamet, alat musik yang digunakan sangat sederhana, hanya dengan menggunakan gamelan Jawa dan gong bumbung.

Namun saat ini alat musik sudah dikreasikan, beberapa alat musik ditambah, seperti alat musik calung. Para pemain pun kimi memakai aneka topeng dan kostum lucu, yang mengundang gelak tawa bagi orang yang melihatnya.

Ditambah kreasi penambah rasa nasionalisme, yakni salah satu pemain membawa bendera merah putih untuk dikibarkan. Dikandung maksud juga sebagai simbol bahwa kesenian tersebut asli dan khas Indonesia.

“Kesenian ini juga terus di kembangkan kreasinya supaya orang yang melihat tidak bosan dengan tariannya, ” katanya.

Awalnya kesenian ini hanya tampil dan bermain dalam acara tertentu, seperti sedekah bumi, acara desa seperti penyambutan tamu yang digelar oleh kepala desa. Namun saat ini, kesenian Cepetan dapat disaksikan pada acara-acara biasa, seperti karnaval, pawai ta’aruf khotmil qur’an dan acara peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia 17 Agustus.

Rekomendasi
Populer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Direktori