Sosok Fran Suharmaji, putra daerah asli Desa Clapar Kecamatan Bagelen ini banyak menghabiskan waktu di luar daerah. Sosoknya amat dekat dengan Bapas 69, bank pelat merah milik Pemerintah Kabupaten Magelang. Tengah berada di periode ketujuh, dirinya memilih mengundurkan diri dan mengabdikan waktunya sebagai anggota perwakilan rakyat di kampung halamannya, Purworejo. Pada Pemilu 2019, ia nyaleg lewat PKB dari Dapil II dan berhasil terpilih dengan memperoleh 5.508 suara. Oleh DPP PKB, dirinya juga dipercaya menduduki posisi Wakil Ketua DPRD.
Boleh dikatakan prestasinya selama duduk sebagai orang pertama di Bapas 69 amat mentereng. Diantaranya yang sempat terangkum adalah mengantarkan Bank Kebanggaan Masyarakat Magelang itu sebagai bank milik daerah terbaik se-Indonesia, bank dengan keuntungan paling besar yang dimiliki pemerintah kabupaten/kota di Indonesia, dan dalam berbagai penilaian dari lembaga-lembaga kredibel juga selalu menempatkan Bapas 69 menjadi yang terbaik.
Raihan prestasi itu, juga mencatatkan dirinya sebagai CEO terbaik maupun pembina UMKM nasional terbaik. Dari beberapa torehan prestasi itu jelas menunjukkan jika sosok Fran Suharmaji yang memimpinnya selama 6 periode adalah bukan orang sembarangan.
Namun, dibalik prestasi gemerlap itu ternyata dijawab santai dan rendah hati oleh Fran. Menurutnya, capaian itu merupakan kerja keras semua yang ada di bank daerah dengan aset mencapai Rp 1,1 triliun ini. Hanya kebetulan saja, dirinya yang menjadi pucuk pimpinan.
“Saya yakin, siapapun yang menduduki jabatan di sana (Bapas 69,red) pasti akan bisa. Semua lini siap tempur atau bekerja dengan maksimal,” tutur ayah dari 3 orang anak ini.
Lelaki asli Desa Clapar Kecamatan Bagelen ini mengaku jika totalitasnya di Bapas 69 sudah harus diakhiri. Dirinya ingin mendedikasikan waktu dan tenaga serta pikirannya untuk kampung halamannya, Purworejo. Sudah 30 tahun dirinya lebih banyak mencangkul di Magelang walaupun tetap setia nglajo dari Purworejo.
“Memang saya putuskan untuk berjuang di tempat baru itu melalui DPRD. Dan saya memilih PKB karena ingin dekat dengan kiai,” kata lelaki 54 tahun ini.
Memilih berada di level kabupaten, langkahnya banyak disayangkan banyak pihak. Beragam tawaran untuk melaju di tingkat provinsi ataupun pusat memang diabaikan. Dirinya yakin, tetap berjuang di daerah akan lebih memiliki manfaat.
Sudah ada banyak agenda yang ingin dilakukan dan semua tercatat rapi dalam benaknya. Posisinya berada di jalur legislatif akan bisa memberikan pengaruh terhadap terbitnya kebijakan. Purworejo, menurutnya butuh sentuhan karena potensinya tidak kalah dengan daerah lain.
“Pelan tapi pasti Purworejo itu akan bergerak. Diluar proyek-proyek strategis nasional, ada banyak yang harus dikerjakan dan bisa digunakan Purworejo untuk bisa mensejajarkan diri dengan daerah-daerah tetangga lainnya yang sudah lebih dulu maju,” katanya. (red)