Dalam kehidupan manusia, akan sampai pada sebuah fase dimana ia mesti mempertahankan spesiesnya, baik secara bentuk maupun watak. Sebab itu, reproduksi manusia mutlak harus dilakukan. Jika tidak melakukan reproduksi, maka dunia ini hanya akan disi oleh hewan – hewan belaka seperti nyamuk, kucing atau bahkan kadal (kaya kamu yang suka ngadalin orang). Bayangkan jika dunia seisinya di pimpin oleh segerombolan nyamuk yang mendeklarasikan diri sebagai ‘Peradaban Nyamuk’. Upaya yang bisa dilakukan oleh manusia dalam menjaga spesiesnya adalah dengan hubungan seks. Maka wajar apabila seks bagi manusia menjadi hal yang teramat penting yang hadir di tengah – tengah kehidupan manusia.
Sejak manusia dan hewan menginjakkan kakiknya di muka bumi, seks sudah ada. Bahkan ketika nanti di akhirat salah satu kenikmatan bagi mereka yang bertaqwa adalah seks. Salah satu diantaranya adalah ketika seseorang mati syahid maka ketika dia akan diberikan 7 keistimewaan salah satunya dikawinkan dengan 72 bidadari (gimana tuh kalo 72 minta jatah secara berbarengan padahal punya kita hanya ada satu) 😀
Sejak zaman dulu kala sudah banyak peninggalan – peninggalan yang meng ilustrasikan tentang seksusalitas. Di Yunani Klasik misalnya, sudah ada patung laki – laki yang memiliki t***t kecil. Seperti yang pernah di tulis oleh Akhmad Muawal Hasan di Tirto.id dalam tulisannya “Mengapa Patung Yunani Klasik Berpenis Kecil? . Dalam artikel itu disebutkan bahwa maskulinitas di Yunani tidak diukur oleh besarnya kelamin. Maskulinitas seseorang ditentukan dari kecerdasan, kewibawaan, dan kebijaksanaannya. Semakin Kecil ukuran penis seseorang maka semakin maskulin. Jika penisnya besar, maka dia akan tampak bodoh dan aneh karena penis besar melambangkan besarnya nafsu seseorag.
Lain Yunani lain Indonesia. Di negeri kita tercinta ini, sesungguhnya narasi – narasi seksualitas sudah ada sejak dulu. Baik berupa tulisan maupun berupa Monumen. Candi Cetho dan candi sukuh merupakan monumen yang dibangun sarat akan unsur seksualitas. Di Candi Cetho, di teras ke 8 terdapat arca phallus yang tertata bersama dengan batuan lainnya, membentuk sebuah kesatuan besar berbentuk seperti kura – kura raksasa. Arca phallus ini memiliki makna sebagai lambang terciptanya manusia serta lambang kesuburan.
Lain lagi dengan candi sukuh. Di beberapa bangunan candi ditemukan beberapa relief bernada seksual. Seperti patung pria yang sedang memegang penisnya. Para arkeolog ini mengemukakan bahwa arca dan relief yang berbau erotis ini merupakan symbol dari kesuburan manusia. Penis dan Miss V merupakan lambang yang sangat sakral sekali karena sebagai symbol keberlangsungan hidup umat manusia.
Lantas kemudian, kenapa orang masih menganggap seksualitas adalah hal yang tabu untuk dibicarakan? Lebih-lebih dikalangan remaja. Padahal, Menurut psikolog Klinis Inez Kristiani yang melakukan penelitian pada tahun 2017 bahwa 30 persen remaja sudah pernah melakukan hubungan seksual. Bisa jadi ini disebabkan karena pengetahuan seksual mereka yang tidak paripurna. Bagi saya, seringkali dalam kehidupan kita seks hanya dianggap symbol dari nafsu hewani manusia. Akhirnya, perbincangan soal seks ini dianggap sesuatu yang kurang sopan karena distigmakan dengan hewan yang sedang bersenggama. Sedang manusia sendiri mempunyai akal agar ada pembeda yang jelas mana manusia dan mana hewan. Ada banyak hal yang sama-sama dikerjakan oleh manusia dan hewan seperti makan, minum hingga seks namun dengan kedalaman prinsip dan tujuan yang sama sekali berbeda. Sebab itu, membicarakan soal seks harus mulai dipandang sebagai itikad baik untuk mencari manfaat-mudharatnya demi keberlangsungan peradaban manusia.
Dalam Islam seks dilegalkan melalui proses pernikahan. Pernikahan sendiri jika ditinjau dari segi seksualitas adalah sebagai pengikat agar tidak sembarangan melakukan hubungan seksual tanpa pertanggungjawaban. Pertanggung jawaban yang dimaksud adalah agar diantara orang yang saling mengadu asmara ini tidak ada pihak yang dirugikan ketika sudah menghasilkan keturunan.
Bagaimana kemudian dengan orang yang menggunakan nama – nama organ yang intim sebagai kata umpatan? Justru, disinilah pentingnya pendidikan seksual sejak dini diberikan. Tentu mesti disandingkan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang lain, misalnya saja ilmu kesopanan. Yang berbahaya adalah ketika para remaja hanya berangkat dari rasa penasaran soal seks. Dan tanpa pengetahuan yang mendalam, akhirnya mereka justru coba-coba melakukan seks pra nikah. Pada intinya, mencegah seks bebas bukan berarti tidak membicarakan hal – hal yang berbau seks. Di sisi lain, norma-norma yang ada juga mengajarkan kita untuk tidak sembarangan mengubar-umbar segala istilah berkaitan seksualitas dengan tujuan yang buruk. Misalnya untuk menyampaikan kebencian kepada orang lain bahkan untuk menghina wanita. Ini yang harus benar-benar dihindari.
Bagi saya, Boleh – boleh saja orang dengan renyah membincangkan seks. Selagi pembicaraan tersebut tidak melecehkan martabat seseorang. Apalagi sudah menjurus pada tindakan asusila. Saya sendiri sangat suka sekali dengan hal – hal yang berbau erotis namun menolak dengan tegas tindakan asusila. Orang yang berumah tangga saja ketika ingin melakukan hubungan seks dianjurkan karena keinginan bersama. Bukan hanya salah satu pihak saja yang merasa perlu dipuaskan. Hal ini dimaksudkan agar terjadi kenikmatan tiada tara saat melakukan hubungan seks dan bukannya justru menyakiti kedua belah pihak. Jika dalam ikatan penikahan saja orang masih bisa ‘terlukai’ karena hubungan seks yang dipaksakan, lantas bagaimana dengan mereka yang menjadi korban asusila?
Ya, salah satu surga dunia adalah seks. Jangan kita rusak kenikmatan dunia itu hanya karena keberingasan nafsu birahimu yang membabi buta.
2 Comments. Leave new
Wah… Manteb cak alim iki… Lanjut terus tulisane cak alim
Ojo lali mampir nang kene https://ataeh.blogspot.com
Salam ATAEH
Membicarakan seks memang tidaklah tabu selama kita berbicara pada sesama kita dan bukan tempat umum. Alangkah harus bijak kita bertutur dan bertingkah.