Kereta, kendaraan yang hadir di pulau jawa pada tahun 1867 ini seolah menjadi bagian tak terpisahkan dalam hiruk pikuk moda transporasi di indonesia. Kendaraan yang awalnya lahir sebagai bentuk solusi untuk mengangkut hasil bumi indonesia untuk diangkut ke tanah eropa ini sekarang menjadi salah satu kendaraan favorit karena kecepatan dan ketepatan waktunya. Walaupun banyak orang yang mengalami drama di dalamnya, misalnya saja ketika saya harus kejar – kejaran dengan jadwal agar tidak telat naik. Tak jarang beberapa orang yang sudah tiba di stasiun harus kecewa karena kereta yang ia tumpangi telah meninggalkannya di depan mata.
Seiring berjalannya waktu, kereta terus mengalami perkembangan. Dari yang berbahan bakar kayu sampai sekarang sudah menggunakan listrik. Dari yang harus berdesakan bahkan harus naik diatas gerbong hingga sekarang sudah berfasilitas layaknya aparement mewah. Citra kereta yang dulu seperti “rangkaian kaleng” karena berdesakan dan tak ada AC sekarang perlahan sirna seiring pelayanan yang semakin prima. Walaupun kita tak bisa menutup mata kereta di Indonesia harus banyak berbenah lagi agar tidak kalah saing dengan Negara tetangga.
Diantara banyaknya kereta yang ada di pulau jawa, Prambanan Ekspres adalah satu diantara mereka. Kereta yang akrab di sapa prameks ini kalo dilihat dari bentuk dan karakteristiknya merupakan kereta jenis komuter, dimana kereta ini menghubungkan antara Solo-Jogja-Kutoarjo. Kereta yang di luncurkan pada tanggal 20 mei 1994 ini awal mulanya menggunakan 4 rangkaian KA Senja Utama Solo, sebelum akhirnya kereta ini menggunakan KRD (kereta rel diesel). Penumpang kereta ini cukup variatif. Mulai dari anak – anak hingga orang tua juga dari mahasiswa hingga pekerja. Kereta ini memang menjadi transportasi utama bagi mereka yang pulang pergi Jogja – Solo – Purworejo atau sebaliknya. Tak kurang 3500 orang tiap hari ada disini. Bahkan jika weekend sudah tiba, pengguna kereta ini bisa menyentuh angka 8000 an. Wow.
Lantas, apa uniknya toh kereta ini? Bagi saya yang juga penikmat kereta ini alasan utama tentu saja karena harganya yang murah, yakni hanya 8.000 rupiah saja untuk rute Purworejo – Jogja atau sebaliknya. Selain itu, ada beberapa keunikan di dalam kereta ini. Pertama, dengan jarak tunggu antara kereta yang satu dengan yang lain berjarak 2 jam, jika anda datang terlambat sedikit saja anda akan terlunta – lunta di stasiun. Beda dengan KRL di Jabodetabek yang jarak tunggunya cukup dekat. Tapi kalau ngomong berdesakan, ya jangan tanya. KRL lah juaranya.
Yang kedua, jika anda pernah menjadi penikmat prameks, tentu tak dapat kursi adalah menjadi hal yang biasa. Namun di prameks ini, ketika kamu sudah mulai kelelahan berdiri, kamu masih bisa duduk santuy di lantai kereta. Sesuatu yang jarang terjadi di kereta hari ini semenjak aturan itu di berlakukan pada tahun 2017. Padahal ya, hal-hal seperti ini yang membuat perjalanan di kereta menjadi mesra.. Banyak terjadi interaksi dengan penumpang yang lain. Dimulai dari berkenalan, bertanya tujuan sampai bercerita tentang kehidupan walapun pada akhirnya harus berpisah karena tujuan kita berbeda.
Dari prameks kita juga bisa belajar, sebenarnya ruang untuk bersama di negeri ini masih ada. Transportasi itu bukan hal yang menakutkan. Yang paling penting dari prameks adalah bahwa romantisme itu nyata. Jika anda seorang jomblo, cobalah anda naik prameks. Siapa tau anda bisa dapat tambatan hatimu karena pengggunanya juga banyak anak muda. Lebih – lebih Mahasiswa yang ingin jalan – jalan dengan biaya murah.
Apa ceritamu di prameks?
1 Comment. Leave new
Keeren pengalamannya sob