Selesai baca buku ke-18
Lemah Abang: Rumput Jawan Bertumbuh – Damar Shashangka
Damar Shashangka Publishing, Tanpa Kota (2018)
528 halaman
Lama baca : 30 November – 29 Desember 2018
Dalam sekuel ini, Mas Damar mencoba mengurai kembali kisah-kisah sebelumnya. Menurutku, novel ini menjadi kelanjutan Sabda Palon yang mempunyai lima jilid itu. Kilas balik cerita Syarif Hidayatullah, kilas balik kisah Rara Jonggrang, kilas balik asal usul Jaka Segara, kilas balik tentang Ainul Yaqin dan kilas balik Hasan (Jin Bun) – putra Bhre Kertabhumi.
Pada rangkaian yang berlaku pada novel kedua Lemah Abang ini, menceritakan asal mula berdirinya kedhaton baru di Majapahit. Semuanya diarahkan untuk membuat framing yang tepat untuk merangkai sebab musabab kedhaton tersebut. Mulai penculikan Dyah Ayu Pembayun kemudia diadakan sayembara hingga berdampak pada koalisi kekuatan Keling.
Syekh Lemah Abang di sekuelnya menjadi nomor dua, nomor pertama justru pada kisah-kisah seputar Majapahit. Hanya saja, memang Syekh Lemah Abang diceritakan selalu memantau perkembangan yang terjadi di Majapahit dari Pesantren Krendhasawa. Tetapi sosoknya tidak begitu turun tangan ikut dalam hal tersebut kecuali pada hal-hal tertentu, seperti ketika peresmian sebuah pesantren baru dan penabalan Bhre Kertabhumi.
Cerita ini mengalir begitu saja. Memberikan imajinasi tentang perang dan perang. Baik secara fisik maupun pemikiran. Coba saja kalau mau menikmatinya. Artinya Anda harus memiliki atau memegang buku ini untuk sebuah kepentingan imajinasi Anda.