Genderang Pilkada telah ditabuh dari Jakarta beberapa waktu lalu. Fiks. Secara kolosal, 270 daerah di Indonesia akan menggelarnya. Serentak. 9 Desember, penghujung tahun ini. 9 provinsi, 224 kabupaten dan 37 kota. Termasuk Kabupaten Purworejo. Bersama 21 kabupaten/ kota di Jawa Tengah.
Di Purworejo, gegap gempita Pilkada sudah mulai terasa. Terutama di lingkaran elit partai politik. Kasak kusuk, deal-dealan dan lobi-lobi mulai santer terdengar. Terlebih bakal calon yang akan berlaga. Naik ring dalam kontestasi Pilkada. Sejumlah nama muncul. Bahkan sejak jauh hari. Jauh sebelum pasukan corona yang belakangan bertransformasi menjadi virus covid-19 menyerang negara api.
Sejumlah nama diprediksi akan meramaikan bursa. Slamet Karangtalun bersama Suyanto yang maju dari jalur independent, Wahyu Dwi Atmaji, dr Vera, Kusnomo, Kuswanto, Agus GB, Agustinus Susanto dan Rahmad Kabuli Jarwinto serta sejumlah nama lain yang lambat laun kian meredup. Deretan nama-nama tersebut nampaknya yang akan menjadi penantang petahana Agus Bastian dan Yuli Hastuti. Pasangan BaYu yang aromanya akan kembali berjodoh. Seperti ingin mengulang sukses Pilkada 2015 silam.
Dibanding barisan penantang, pasangan BaYu adalah bakal calon yang paling siap. Setidaknya dari sisi popularitas yang telah matang terencana dan dibangun sejak kurang lebih 1 tahun terakhir. Upaya mendongkrak popularitas itu salah satunya melalui program spandukisasi, kalenderisasi dan stikerisasi.
Seperti yang saya jumpai di salah satu kantor kecamatan di Purworejo. Dalam satu kompleks kantor kecamatan saja, setidaknya ada lima spanduk yang terpasang. Diantaranya, Malaria Ndadekno Sekarat, Selamat Hari jadi Kabupaten Purworejo, Wajar 9 Tahun, hingga Mari Bergandeng Tangan dan Jagalah Kebersihan. Jika 16 kecamatan melakukan hal yang sama, paling tidak ada 80 spanduk berwajah petahana. Itu baru kantor kecamatan.
Selain di kantor kecamatan, spanduk-spanduk petahana juga terlihat terpajang di lingkungan pendidikan. Dari mulai Taman Kanak-kanak, SD hingga SMP. Di masing-masing sekolah ini ada yang terpasang dua – tiga spanduk. Kontennya, Wajar 9 Tahun, Selamat Hari Jadi, Mari Bergandeng Tangan hingga Bunda Literasi (eh, yang terakhir itu udah pada dicopot ding).
Jumlahnya, TK se Kabupaten ada 415, RA 43, SD 526, MI 48, SMP 92 dan MTs 17 sekolah. Kalau di total lembaga pendidikan yang ada di Kabupaten Purworejo dari TK hingga SMP sebanyak 1.141. Jika minimal di sekolah tersebut terpasang satu spanduk berarti sudah ada 1.141 buah spanduk bergambar petahana. Apapun kontennya.
Dikantor kecamatan dan lingkungan pendidikan, minimal sudah ada 1.221 buah spanduk. Jika masing-masing spanduk itu panjangnya dua meter, paling tidak sudah ada hampir 2,5 kilometer banner atau tepatnya 2.442 meter. Jika di rupiahkan, harganya setara hampir 50 juta rupiah. Tentu bukan angka yang besar dibandingkan dengan urgensi konten-konten pesan mulia yang terkandung dalam spanduk itu. Apapun kontennya yang penting terpajang wajah sang petahana. Lho, yang urgent itu pesan yang terkandung atau wajah petahana sih? Dua-duanya (mungkin).
Jika diteruskan, daftarnya akan panjang sekali. Mulai dari kantor-kantor instansi pemerintah, layanan kesehatan, balai desa, fasilitas publik hingga baliho-baliho di pinggir jalan, tak luput dari gambar petahana. Bahkan, di masing-masing rumah kita. Hampir setiap hari, tanpa disadari kita melihat sosok petahana tersenyum manis menempel di dinding rumah kita. Apapun bulannya, kalender kita fotonya akan tetap sama. Wajah petahana. Belum lagi pesan mulia Jagalah Kebersihan dalam bentuk stiker yang saya ndak bisa kalkulasi jumlahnya berapa. Ini adalah langkah yang konkrit dan keren yang jelas membuat calon lawan klepek-klepek bingung bukan kepalang.
Rangkaian skenario ini terbaca jelas arahnya. Canvasing. Menghangatkan kembali wajah BaYu di mata publik. Agar rakyat tidak lupa siapa pemimpinnya. Dengan cara itu, paling tidak kerja suksesi tahap pertama sudah tercicil. Dan kelebihan petahana, kerja-kerja suksesi ini bisa nunut anggaran APBD, hehe. Dan nilainya miliaran. Bakal calon lain ndak boleh meri.
Apakah sudah selesai? Belum. Masih ada dua tahap lagi. Jika nanti masa kampanye tiba nanti, tinggal mengerjakan suksesi tahap berikutnya dengan turun lagi menebar janji dan visi-misi . Di tahapan ini, petahana sudah tidak akan tedeng aling-aling alias malu-malu kucing. Narasinya sudah akan tegas. Pilihlah saya. Begitulah kira-kira.
Kerja suksesi yang ketiga adalah eksekusi. Eksekusi bagaimana mengamankan suara. Apakah eksekusi ini cukup dengan janji politik dan kinerja yang sudah dilakukan sebagai pengabdian selama lima tahun terakhir ataukah harus dengan uang. Tentu ini tim sukses yang akan mempertimbangkan.
Lantas bagaimana lawan politik mengimbangi permainan petahana yang sedemikian matang, terencana, terstruktur dan masif ini?. Serahkan saja pada rakyat. Karena kemungkinannya dua. Rakyat akan suka dengan permainan seperti itu dan akhirnya menjatuhkan pilihan kepadanya saat berada di bilik suara atau justru sebaliknya. Jengah.