Generasi Milenial Sudah Semestinya Mengetahui Sejarah Maulid Nabi

Dalam kalender hijriah terdapat satu nama bulan yaitu Rabbiul Awwal, atau orang-orang biasa mengenalnya dengan sebutan Bulan Maulid. Nah, tak terasa sebentar lagi kita akan kembali merasakan gegap gempita bulan maulid, yang mana pada bulan ini akan banyak dihiasi dengan lantunan sholawat.

Dalam bahasa Arab, Maulid bearti kelahiran. Terkadang maulid berarti waktu kelahiran atau tempat lahir. Sama seperti kata masjid yang bisa berarti perbuatan bersujud, tempat sujud. Namun dalam konteks maulid nabi, maulid berarti kelahiran itu sendiri. Perayaan malid nabi, dengan demikian berarti, perayaan atas kelahiran nabi. Nabi yang dimaksud disini siapa lagi kalau bukan nabi akhir zaman, manusia paling sempurna yaitu Nabi Muhammad SAW.

Kita, sebagai manusia yang mengaku umat nabi dan yang katanya mencintai nabi Muhamad SAW, kita perlu belajar sejarah, terkadang kita hanya ikut-ikutan saja dalam merayakan bulan maulid nabi ini tanpa kita tahu bagaimana awal mulanya perayaan kelahiran nabi ini dilaksanakan.

Alangkah baiknya kita sebagai manusia yang katanya beriman, terlebih untuk generasi milenial sudah seharusnya mengetahui sejarah maulid nabi itu sendiri. Maka dari itu untuk menyegarkan pikiran kita, penulis akan mengulas sedikit mengenai awal mula perayaan hari kelahiran nabi muhammad SAW. Disini, Penulis merujuk dari Buku berjudul ‘Sejarah Maulid Nabi : Meneguhkan Semangat Keislaman dan Kebangsaan’.

Maulid Nabi bukan fenomena kemarin sore ,tapi sudah lebih dari seribu tahun yang lalu. Perdebatannya bukan dimulai sejak tiga ratus tahun yang lalu ketika kaum wahabi tampil ke panggung dunia dengan pedang bid’ahnya. Para sarjana muslim klasik sudah mendiskusikannya dan umumnya mendukung praktik serta perayaan maulid nabi.

Kelahiran Nabi Muhammad Saw sendiri bukanlah kelahiran biasa, kelahiran beliau adalah kelahiran yang mengubah dunia. Dari dunia tanpa aturan yang lurus dan adil menuju tata dunia yang penuh kelurusan dan keadilan yaitu tata dunia yang dilandasi iman tauhid yang dibingkai dalam aturan-aturan islam dan landasan moralitas ihsan.

Karenanya, kelahiran beliau menjadi pintu keluar umat manusia dari kegelapan zaman jahiliah yang pada waktu itu ditandai dengan kerusakan moral yang sangat luar biasa.

Sejak abad kedua hijriah, kelahiran nabi sudah dirayakan oleh masyarakat muslim. Tokoh yang menginisiasi perayaan kelahiran nabi saat itu adalah Khaizuran. Khaizuran adalah seorang wanita terpelajar, ia mempunyai paras jelita, menawan, berkharisma, cerdas dan berwawasan luas. Ia juga termasuk wanita yang menguasai fiqh secara mendalam.

Nama Khaizuran terukir dalam catatan sejarah. Kitab Tarikh Bagdad, Tarikh Tabari, al-bidayah wa al-nihayah, al kamil fi tarikh, syadzarat zahab dan al qomus al-muhit menjadi sebagian kitab yang mengabadikan namanya.
Awalnya, Khaizuran adalah seorang budak, namun ia akhirnya dibeli dan dimerdekakan oleh khalifah Al-Mahdi bin Mansour Al-abbas pada tahun 159 H. Khalifah kemudian menikahinya.

Khaizuran menjadi salah satu orang penting dibalik perayaan maulid nabi yang sering kali kita adakan di tempat-tempat keilmuan seperti sekolah, TPQ, majlis ataupun pesantren.

Berdasarkan catatan Nur al-din Ali dalam kitabnya Wafa-ul Wafa bi Akhbar Dar al Mustafa, dikatakan bahwa Khaizuran (170 H/786 M) datang ke madinah dan memerintahkan penduduk mengadakan perayaan maulid nabi saw. Di masjid nabawi beliau kemudian ke mekah dan memerintahkan agar penduduknya menyelenggarakan maulid nabi itu di rumah-rumah mereka.

Saat itu, Khaizuran merupakan sosok yang berpengaruh selama masa pemerintahan tiga khalifah pada dinasti Abbasiyah. Melalui pengaruhnya,Khaizuran kemudian mengintruksikan perayaan hari lahir nabi saw.

Citizen

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Rekomendasi
Populer This Month
Populer
Direktori