Belakangan ini dunia digemparkan dengan merebaknya pandemi yang mematikan. Penyebabnya adalah menyebarnya virus Corona (Covid-19) yang telah menewaskan ribuan orang di beberapa negara, tak terkecuali di Indonesia. Bahkan akibat dari menyebarnya virus Corona yang begitu cepat banyak menimbulkan kegemparan dan kepanikan di berbagai lapisan masyarakat.
Mudahnya masyarakat mendapatkan akses informasi dari internet ternyata tidak hanya membuat masyarakat semakin tahu perkembangan kasus Corona, namun dilain sisi hal tersebut justru menimbulkan kepanikan yang berlebihan. Bahkan beberapa diantaranya banyak termakan isu hoax, dan parahnya karena minimnya pengetahuan masyarakat akan literasi justru membuat diantara menjadi penyebab semakin meluasnya hoax yang menyebar.
Beredarnya banyak instruksi dari pemerintah, lembaga, ormas dan elemen lainnya terkait himbauan akan kewaspadaan terhadap situasi merebaknya wabah Corona ini juga ditanggapi oleh masyarakat dengan beragam pendapat. Ada yang karena sudah tahu efek yang ditimbulkannya apabila terjangkit virus ini lantas mengikuti anjuran dari pemerintah untuk tidak beraktivitas di luar rumah, atau tak jarang ada yang tetap menyepelekan dengan acuh terhadap himbauan tersebut. Semuanya sah-sah saja, karena banyak sisi yang bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda terkait kondisi ini.
Dari banyaknya korban yang berjatuhan dan maraknya berita yang beredar luas di dunia maya terkait wabah Corona ini ternyata dikalangan masyarakat banyak menimbulkan kepanikan dari berbagai pandangan. Mulai dari aspek, sosial ekonomi, budaya dan agama.
Dari aspek sosial, Gus Nadhir (Rosi Syuriah PCINU Australia dan Selandia Baru) dalam bukunya Saring sebelum Sharing pernah membahas bahwa banyaknya hadist yang digunakan dalam syi’ar agama yang tidak sesuai dengan konteks juga belakangan banyak marak menyebar di dunia maya, bahkan celakanya karena awamnya masyarakat akan ilmu hadis menjadikan masyarakat langsung percaya terhadap keabsahan hadis tersebut. Hal serupa juga terjadi di sekitar kita dimana arus informasi yang mudah didapat dari wabah Corona ini ternyata berimbas pada lingkungan sosial masyarakat. Beredarnya data pasien positif Corona di media sosial telernya berimbas pada kehidupan pasien tersebut, data yang seharusnya hanya dikonsumsi oleh kalangan medis ternyata bisa beredar luas, akibatnya sang pasien terpaksa mengklarifikasi lewat akun sosial media, dan mengatakan bahwa akibat terbongkarnya identitas dirinya yang positif Corona beberapa anggota keluarganya dijauhi oleh masyarakat, tanpa masyarakat tahu bahwa anggota keluarga selain dirinya tidak terpapar Corona. Hal demikian tentu menjadi miris manakala masyarakat kita ternyata belum mampu membedakan mana hal yang sekiranya perlu dibagikan kepada khalayak dan mana informasi yang seharusnya dijaga atau ditahan untuk tidak disebarluaskan. Dalam hal ini lagi-lagi media sosial mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk menimbulkan kepanikan yang bermula dari sosial media dan berimbas pada lingkup sosial, dimana minimnya literasi masyarakat menjadikan kepanikan itu berubah menjadi beringas dengan memandang ‘semua’ keluarga positif Corona harus dijauhi, meskipun beberapa diantaranya dalam waktu terakhir tidak berhubungan langsung dengan yang bersangkutan.
Yuval Noah Harari penulis buku Sapiens dalam artikelnya yang dimuat di Time.com yang berjudul “Dalam Masa Perang Melawan Coronavirus, Kemanusiaan tanpa Kepemimpinan” menyebutkan, bahwa wabah Corona juga bisa berimbas pada lingkup ekonomi, dimana kebijakan pemerintah dalam menangani kasus wabah ini juga berimbas terhadap keberlangsungan usaha manusia untuk menjalankan roda ekonomi. Hal tersebut juga yang membuat beragam masyarakat kita menyikapi himbauan pemerintah untuk tetap bertahan dirumah banyak diabaikan. Beberapa masyarakat tetap bekerja seperti biasa di luar rumah, bagi kebanyakan orang yang kondisi ekonominya kurang mencukupi, tentu himbauan pemerintah untuk melakukan aktivitas di dalam rumah tak ubahnya sebagai bencana, dimana tentunya hal tersebut tidak akan mendapatkan penghasilan jika hal tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Dalam hal ini masyarakat dibuat panik jika hal demikian berlangsung lama tentu tak akan ada pendapatan yang bisa didapatkan. Dan tentunya hal demikian berlaku di beberapa daerah di Indonesia, yang mana jelas memengaruhi roda ekonomi.
Himbauan untuk tetap menjaga kesehatan dan berdiam diri dirumah meskipun masih banyak masyarakat yang menyepelekan, ternyata berimbas pula pada budaya masyarakat kita yang mematuhi peraturan pemerintah. Masyarakat yang biasanya bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya baik di kantor, sekolah, pasar, dan tempat umum lainnya kini melakukan sosialisasi lewat cara lain. Dimana bahasa verbal digantikan oleh bahasa lainnya. Kelas kuliah diadakan secara online, pekerjaan dilakukan secara online, bahkan belanja kini dilakukan secara online, yang secara otomatis dalam waktu singkat wabah Corona mampu membuat budaya masyarakat kita berubah, meskipun tidak semua masyarakat melakukan hal serupa, tapi efek dari kepanikan yang ditimbulkannya membuat sebagian masyarakat lebih menjaga jarak dan berhati-hati dalam berinteraksi dengan orang lain.
Dalam pandangan agama banyak sekali telaah kritis yang bisa didapatkan. Tentunya dengan melihat dari bermacam tafsir yang digunakan dalam menyikapi kondisi sekarang ditengah merebaknya wabah Corona. Berbagai ormas Islam banyak yang membuat surat edaran terkait hal apa saja yang harus dilakukan dalam menghadapi wabah Corona ini. Mulai anjuran untuk memperbanyak ibadah dengan berbagai macam amalan dan doa, juga hal apa saja yang sekiranya boleh dan tidak boleh dilakukan. Dalam hal ini ormas Islam mempunyai peranan penting agar masyarakat tidak mudah menyikapi musibah yang sedang menimpa ini dengan menyebut ini sebagai azab dari Allah SWT karena pemerintah kita terlalu bersikap manis terhadap salah satu pemerintahan sebuah negara. Hal yang juga banyak mendapat perhatian di dunia maya ketika ayat agama dalam hal ini menjadi alat politik untuk membenarkan opini kelompok yang anti terhadap pemerintahan. Agama ternyata bisa menjadi alat yang bisa membuat kepanikan manakala ayat-ayat suci disatir demi kepentingan segelintir orang yang begitu anti pati terhadap pemerintahan.
Sudah sepatutnya sebagai masyarakat kita mematuhi segala anjuran yang diberikan oleh pemerintah, karena pada dasarnya itu semua adalah untuk kebaikan bersama. Edukasi masyarakat terhadap berita yang beredar juga perlu ditekankan agar informasi yang beredar dan belum jelas kebenarannya tidak semakin menyebar secara luas dan bisa dibendung, paling tidak dengan memahamkan masyarakat akan pentingnya sebuah koroscek terhadap berita tersebut. Disisi lain pemerintah juga harus menyediakan layanan informasi yang bisa diakses masyarakat terkait perkembangan wabah Corona agar masyarakat tidak terjerumus pada disinformasi yang menyesatkan. Pada tahap ini wabah Corona hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa dari masa ke masa wabah yang muncul seiring dengan perkembangan zaman semakin bervariasi, abad pertengahan orang tak akan menyadari bahwa cacar bisa menular dan menyebabkan kematian, namun kini hal tersebut sudah bisa menjadi pelajaran berharga bagi manusia modern, juga kini wabah Corona yang sedang menghantui warga dunia hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita agar kelak kita bisa memberikan pelajaran kepada generasi berikutnya, agar kepanikan yang dirasakan sekarang tidak terjadi lagi di masa-masa mendatang.