Hari itu dalam siaran televisi di rumah tetangga suasana begitu ramai. Indonesia akan punya presiden baru. Pak Harto menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden dan digantikan oleh wakilnya, beliaulah Bapak B.J Habibie.
Setelah Pak Habibie dilantik sebagai presiden ingatanku mulai kembali saat pertama kali saya mendengar nama beliau. Bapak Guru di sekolah selalu membicarakan namanya, tentu dengan prestasi yang diraihnya. “Jadilah seperti Pak Habibie yang bisa membuat pesawat terbang”. Itulah kalimat yang selalu disebutkan oleh Pak Guru, siapa sangka nama yang dulu selalu disebut sebagai orang jenius yang bisa membuat pesawat terbang, akhirnya menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Pak Habibie saya kira pernah hidup dalam imajinasi setiap anak Indonesia. Semasa SD saat ditanya oleh guru, “Apa cita-cita kalian?”, maka banyak diantara teman saya juga saya tentunya yang menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban “Ingin menjadi seorang pilot”. Cita-cita yang hingga kini saya kenang sebagai angan yang terlalu tinggi, setinggi profesi tersebut. Namun berkat Pak Habibie cita-cita itu pernah menghiasi mimpi hampir setiap anak Indonesia. Karena beliaulah orang pertama dari negeri ini yang bisa membuat pesawat terbang.
Setelah saya dewasa nama itu kian sering muncul dalam benak saya. Wajahnya kerap kali muncul dalam televisi, baik sebagai narasumber dalam suatu acara, maupun mengomentari peristiwa terhangat yang sedang terjadi di negeri ini. Selain itu saya juga banyak membaca buku yang memuat pendapat dari beliau. Bahkan tak jarang membaca buku yang berisi nasihat dan juga profil beliau. Beliau dikenal sebagai orang yang sangat gemar membaca buku, sangat peduli terhadap ilmu pengetahuan, bahkan aktif di beberapa organisasi sosial.
Kegemarannya membaca buku membuat saya sangat mengidolakan beliau dal hal literasi. Buku seolah menjadi bagian dari hidupnya, tak heran beliau begitu banyak wawasan saat tampil menjadi narasumber di berbagai media massa. Benarlah bahwa orang besar tumbuh dan berkembang tak jauh dari buku.
Semasa kepemimpinan beliau setelah menggantikan Soeharto banyak perubahan yang terjadi di negeri ini. Peralihan dari Orde Baru ke Orde Reformasi menjadi hal yang begitu diingat dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Kebebasan pers mulai dijamin akan hak-haknya. Pada era kepemimpinannya juga Timor-Timor yang saat itu menjadi bagian propinsi Indonesia harus menyatakan berpisah setelah referendum memutuskan sebagian masyarakat menyatakan merdeka dari Indonesia.
Film Habibie dan Ainun yang diperankan oleh Reza Rahardian dan Bunga Citra Lestari memerankan kehidupan beliau dengan Ibu Ainun. Kisah yang menjadi teladan tentang cinta sejati. Bahkan dalam penuturan beliau saat diundang dalam Mata Najwa mengatakan bahwa bagian kehidupan terindah adalah saat bersama Ainun. Film tersebut banyak mendapatkan pujian dari berbagai kalangan.
Kehidupan Pak Habibie jarang diwarnai oleh berita tak sedap. Ini menjadikan beliau sebagai sosok panutan. Banyak anak muda yang terinspirasi oleh kisahnya. Kalimat yang diucapkan selalu bernada tegas dan penuh inspirasi. Ia adalah sosok yang bahkan kalimatnya selalu dirindukan tak peduli berapapun kalimat itu pernah diucapkan dalam banyak kesempatan.
Pak Habibie selalu punya mimpi agar bisa menciptakan pesawat terbang buatan negeri sendiri. Bahkan diakhir hayatnya impian itu terus ia gaungkan, banyak relawan yang bekerja untuk mewujudkan impian tersebut. Sayang beliau belum sempat melihat mimpi itu nyata. Kini ia harus terbang meninggalkan bumi ini untuk selamanya. Mimpinya abadi bersama cita-cita anak negeri, juga namanya pernah menghiasi imajinasi hampir setiap anak pelosok negeri. Beliau adalah panutan, yang kini sosoknya akan terus dikenang. Terimakasih Pak Habibie atas pengabdian yang engkau berikan, terimakasih atas ilmu yang selalu engkau berikan, terimakasih pula atas dedikasi yang telah engkau lakukan untuk membangun negeri, selamat jalan menuju keabadian.