Himbauan efek samping dari membaca surat ini ditanggung oleh pembaca sendiri
Dear mahasewa, eh salah “mahasiswa” harusnya.
Halo ngab, apa kabar? Gimana kuliah kalian? Aku harap lancar dan lekas menjadi sarjana. Sarjana hukum yang bisa menegakkan hukum dengan tegak setegak-tegaknya, sarjana pendidikan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, sarjana pertanian yang dapat menyejahterakan kaum tani, semoga ini bukan hayalanku saja. Kalian kalau dikampus ngapain aja? Tentunya diskusi, melakukan kajian, membaca situasi lokal beserta situasi nasional, mengkritisi kebijakan, membangun wacana gerakan, membela kaum tertindas, dan lagi-lagi semoga bukan hanya hayalanku saja.
Mahasiswa kemana ya? Kok tidak kulihat batang hidungnya, katanya mahasiswa itu kaum akademisi yang menyampaikan kebenaran tanpa dikurangi atau ditambahi. Katanya mahasiswa itu agent of social change, ya jadi agen perubahan gitu, garda terdepan dari rakyat, katanya mahasiswa itu agent of social control, yang bisa ngerubah tatanan sosial gitu, membaca keadaan sosial dan melakukan perubahan, mahasiswa ga cuma paham akan realitas tapi dia juga bisa menciptakan realitas. Katanya mahasiswa itu akal dan hati dari masyarakat, berada di barisan rakyat, menjadi keluh dan kesah dari rakyat yang tertindas. Katanya mahasiswa itu dekat dengan yang namanya gerakan, bergerak menolak ketidak adilan, penindasan, dan perampasan. Lagi-lagi hanya katanya, semoga bukan hanya sebatas katanya.
Hei mahasiswa! Kalian kemana si ngab? Pada mabar ya, atau pada makrab, atau pada ngopi dan nongki. Padahal Purworejo tidak sedang baik-baik saja, tapi kemana si kalian? Kalau kalian diam terus kedepannya Purworejo hanya akan diperkosa oleh kepentingan kapital dan oligarki. Dulu ku kira purworejo diam dan adem ayem karena tidak ada konflik yang besar, eh tapi sekarang ada konflik besar yang sekalanya nasional tapi tetep adem ayem aja ya. Eh siapa tahu mahasiswa purworejo lagi konsolidasi wacana gerakan, tpi sayangnya tidak ada yang tahu, semoga saja memang seperti itu. Wadas merupakan potret adanya penindasan serta perampasan ruang hidup, pada kemana ya mahasiswa Purworejo? Solidaritas yang datang ke Wadas justru banyak dari luar Purworejo, miris tidak? Oh mungkin saja jika diibaratkan itu seperti senter semakin dekat maka semakin silau, makanya pada seakan ga lihat, soalnya silau. Hari ini, seharusnya adalah masanya mahasiswa purworejo menunjukkan taringnya, mempertegas keberpihakannya kini berada di barisan rakyat, mempertajam nalar kritisnya serta mulai peka dan menganalisis kondisi kota kita tercinta ini, Purworejo darurat agraria, Purworejo darurat solidaritas, Purworejo darurat nalar kritis. Bangkitlah gerakan mahasiswa! Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia.
Sekian surat ini aku tulis, semoga dibaca, dapat mengetuk nurani terdalam mahasiswa Purworejo, dan tentunya semoga dapat bermanfaat.
Ku tunggu di jalan
RJ Pembebasan