Tak berbaju kotak-kotak, Jokomi memarkir kendaraannya di dekat Mushola TPQ Al-Busyro. Ia mengenakan setelan sederhana kaos putih dan celana di bawah lutut tanpa sneakers. Ini bukan persoalan pilpres dan pil-pil yang lain telah usai sehingga atribut-atribut khasnya ditinggalkan. Ya, dia memang benar-benar Jokomi, bukan jokowi. Sesosok paruh baya bernama Joko yang sehari-hari berkeliling menjual darmi alias dadar mie. Pada salah satu sudut gerobaknya tertulis ‘Jokomi’. Mungkin ingin menegaskan bahwa keduanya telah tak terpisahkan setelah 13 tahun berjualan. Kendaraanya pun hanya Yamaha Vega Merah lengkap dengan plat nomornya, bukan moge klasik modifan. Jelas tak akan banyak memicu perdebatan.
Jokomi sedang asyik-asyiknya melayani penjual ketika salah seorang kontributor wagers memesan tiga porsi darmi yang ia jual. Sebagaimana seharusnya, dengan bermodalkan tiga ribu rupiah wartawan amatir ini duduk lama-lama dan mengatur tempo makannya selambat mungkin. Ya, apalagi kalau tidak untuk sekedar mencari informasi.
Uniknya, di sebelah musholla yang mulai didatangi santri TPQ itu pembicaraan yang didapatkan justru menjurus kepada pesan-pesan kehidupan. Sesekali beberapa orang tua berlalu lalang menjenguk anaknya yang nyantri di Pondok Pesantren yang hanya berjarak 50 meteran. Menambah suasana khusuk obrolan yang dipenuhi dengan hikmah.
Tak jadi presiden, tak lantas berarti kita tak punya banyak hal untuk dibagikan. Malahan, para pejabat seringkali diekspos terlalu banyak dan diberi mic terlalu sering untuk membicarakan hal yang itu-itu saja. Jokomi adalah salah seorang yang memiliki segudang cerita dari sederet pengalaman hidupnya. Melalui kontributor wagers yang selo ia membagikannya.
Nyatanya, meski dalam obrolan yang sesingkat tiga porsi darmi itu, toh Jokomi mampu menyisipkan cerita-cerita dan pesan-pesan yang begitu menginspirasi.
Jangan Sepelekan Perkenalan
Beberapa dari kita menganggap sepele sebuah perkenalan. Beberapa lagi sangat memilih-milih teman. Jokomi tahu betul itu sebuah kesalahan.
Dari pengalamannya berjualan, Jokomi banyak menuai hasil dari perkenalannya di masa lalu.
“Rata-rata anak SMP yang membeli dagangan saya adalah anak yang dulunya sudah kenal saya sejak di bangku sekolah dasar. Misal saya jualan di SMP 2 Purworejo, ternyata banyak yang memanggil nama saya dan kemudian membeli, oh ternyata dulu ia langganan di SD Purworejo, begitupun di tempat lain”
Sebab itu Jokomi berpesan jangan sekali-kali menyepelekan perkenalan. Ramah pada setiap yang datang adalah keharusan. Sudah rumus alam segala kejadian saling terhubung hingga di masa yang akan mendatang.
“Ini bukan soal jualannya, tapi soal bagaimana kita berbuat baik dan selalu ramah kepada orang lain, insyaAlloh ia leboh berpotensi menjadi teman ketimbang lawan”
Jaga Kebersihan
Jadilah manusia yang mencintai kebersihan. Berdagang di tempat orang sejatinya kita hanya nunut tempat atau dipinjami tempat.
“Kita harus pintar memutar keadaan. Maksudnya, jika kita akan berbuat sesuatu yang berkaitan dengan orang lain, pikirkan jika kita di posisi sebaliknya. Suka tidak jika halaman rumah kita dikotori? Kan tidak”
Sebab itu Jokomi selalu berusaha membersihkan sampah bekas ia berjualan.
Rejeki Tidak Akan Tertukar
Dalam dunia dagang, seringkali para pedagang berfikir bahwa pedagang di satu tempat terlalu banyak. Hal ini bisa memicu hal-hal yang kurang baik. Kuncinya adalah selalu yakin bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.
“Berapapun jumlahnya, rejeki Allah tidak akan tertukar. Tetap ikhtiar namun jangan memaksakan diri. Jalani saja profesi apapun dengan memegang betul rasa percaya kepada Sang Pencipta”
Meski begitu Jokomi berfikir bahwa salah satu sebab menumpuknya pedagang di jam pulang sekolah dikarenakan banyaknya sekolah yang melarang siswanya jajan keluar di jam istirahat.
“Andai saja lebih diberi keleluasaan, mungkin para pedagang tidak akan terlalu menumpuk di satu waktu. Tapi ya itu hak masing-masing, kuncinya sekali lagi jangan terlalu memaksa. Selalu ada jalan dari Allah”
Banyak Uang Bukan Segalanya
Kunci berjualan yang lain adalah jujur. Pepatah bahwa ‘rumput tetangga lebih hijau’ memang banyak terjadi dalam kehidupan kita. Maka timbulah rasa saling iri ditengah-tengah masyarakat. Kadangkala menjurus ke hal yang kurang baik.
“Kuncinya sebenarnya adalah bersyukur. Kalau kita pandai bersyukur, enak sudah menjalani hidup ini”
Sebab itu Jokomi selalu berdagang ala kadarnya sebagaimana seorang hamba yang diwajibkan berusaha. Berjualan harus memegang teguh kejujuran dan tidak usah memasang target yang muluk-muluk. Nanti akan susah sendiri.
“Rejeki banyak kadang tidak berkah juga, dapat uang banyak tapi badan sakit-sakitan, kan sama saja. Sedikit tapi berkah, itu lebih baik.”
Musuh Kita Adalah Diri Kita Sendiri
Jokomi juga bercerita bahwa sesungguhnya dalam sepanjang pengalamnnya selama 13 tahun berjualan darmi, musuh terbesar adalah diri sendiri.
“Modal orang jualan tak hanya uang tapi juga sabar. Banyak modal tak bisa memberikan jaminan kesuksesan, tanpa kesabaran menurut pengalaman saya hanya berujung pada kegagalan”
Misalnya saja ketika harus menunggu pembeli. Jika tak memersiapkan ‘ilmu sabar’ sudah tentu malah bingung selalu berpindah-pindah tempat dan tujuan. Padahal sabar sedikit saja, mungkin sepersekian detik setelahnya Allah mengirim pembeli untuk kita.
“Saya dulu mudanya juga gitu, gak sabaran. Itu wajar karena setiap manusia memiliki prosesnya sendiri-sendiri”
Tak terasa tiga prosi darmi yang hanya tiga ribuan memberikan ilmu sedemikian banyak. Diantara obrolan itu beberapa kali Jokomi yang berbadan gempal dan berambut ikal itu melayani penjualnya dengan ramah dan tetap menggunakan bahasa jawa krama meski kepada anak kecil.
Tak lupa ia menunjukkan kartu anggota Manaqib Syekh Abdul Qodir Al Jailani. Ia mengaku rutin mengamalkan manaqib seminggu sekali bersama 18 pedagang yang lain.
“Dan yang paling penting, jangan sampai karena urusan dunia kita melupakan urusan-urusan kita dengan yang di atas”
Pesan tulusnya sembari menatap ke atas masuk tepat ke dalam kalbu. Sudah seharusnya mata lensa manusia tak hanya memandang cerita-cerita mainstream tokoh negeri semacam Jokowi dan motor modifannya. Ada banyak rahasia indah yang disimpan Jokomi bersama Yamaha Veganya.