Apakah Purworejo Siap Dengan Tahun Kunjungan Wisata 2020?

Tahun 2020 telah ‘digembor-gemborkan’ sebagai Tahun Kunjungan Wisata Kabupaten Purworejo. Tak aneh jika akhirnya segala pembangunan yang wisata-wisata itu di genjot habis-habisan untuk mempersiapkan konsep-besar bernama “Romansa Purworejo 2020”. Sayangnya membangun gagasan besar tidak berhenti pada pembangunan-pembangunan yang bersifat infrastruktur. Ya memang, Purworejo sekarang memiliki banyak destinasi wisata dan banyak patung. Tapi kalkulasinya kan tak sesederhana itu. Mewujudkan konsep besar, apalagi kalau sampai berani menyandang predikat smart city, tentu urusan hitung-hitunganya bukan lagi  hanya soal hitung-hitungan campuran semen.

Nah, gagasan yang sedemikian besar itu sayangnya belum bisa digarap maksimal hingga akhir tahun ini. Misalkan saja di Google, mesin pencari yang hari ini ada di tangan kita semua. Google mencatat 12.500.000 temuan untuk Wonosobo berbanding dengan 10.700.000 untuk Purworejo. Bahkan dua tetangga lain juga masih memiliki sebaran yang lebih baik. Temanggung memiliki temuan sebesar 11.200.000 dan kebumen 13.700.000.

Judul besar Romansa Purworejo 2020 sebagai tahun kunjungan wisata bisa jadi akan gagal total jika tidak menggunakan aji-aji atau strategi dari berbagai lini, lebih-lebih di lini strategis seperti Google. Orang cenderung memanfaatkan betul fasilitas mesin pencari di handphonenya ketika akan mengunjungi suatu tempat. Pun begitu ketika ‘penasaran’ atau ingin mengunjungi suatu tempat di Purworejo. Generasi modern cenderung akan meneliti informasi terlebih dahulu dari mesin pencari, “Wisata di Purworejo”, “Apa Wisata Hits di Purworejo” dan lain sebagainya. Dengan jumlah temuan yang masih sedemikian minim, rasa-rasanya target kunjungan wisatawan ke Purworejo sulit dicapai, ya kecuali dengan pengondisian wisatawan lokal. SD, SMP, SMA, hingga Dinas-dinas diarahkan untuk mengadakan kegiatan di lokasi wisata dalam kota. Yang ini tentu lain cerita.

Untung saja, terjadi satu kejadian yang menggemparkan di Purworejo yakni berdirinya Kerajaan paling singkat se alam raya, “Keraton Agung Sejagat”. Berbagai pemberitaan yang viral dalam beberapa minggu terakhir menambah total data pencarian tentang Purworejo menjadi 13.100.000 temuan. Peningkatan yang signifikan. Jika kita cermat, hari-hari ini segala macam pencarian dengan keyword ‘Purworejo’ untuk berbagai tipe temuan seperti artikel, berita, gambar hingga video dipenuhi dengan kisah ‘Keraton Agung Sejagat’. Maka ujar-ujar Bupati Purworejo, Agus Bastian, bahwa fenomena ini membawa berkah ada benarnya. Tapi apakah cukup?

Perbandingan Jumlah Temuan ‘Wisata’ di Karisidenan Kedu

Hasil cari dengan keyword ‘wisata purworejo’ di Google sudah menunjukkan kabar positif. Setidaknya Purworejo sudah mengungguli pesaingnya di karisidenan Kedu seperti Temanggung, Kebumen  dan Wonosobo. Berikut hasilnya:

Wisata Magelang 12.100.000 hasil
Wisata Purworejo  7.010.000 hasil
Wisata Wonosobo 5.650.000 hasil
Wisata Kebumen 4.620.000 hasil
Wisata Temanggung 2.720.000 hasil

akan tetapi jika harus membandingkan diri dengan jogja kita masih tertinggal jauh. Wisata Jogja memiliki 42.700.000 hasil temuan. Bukankah kita berkiblat ke Jogja?

Mencermati Sebaran Stalker Wisata Purworejo

Dalam urusan sebaran, wisata kota kita sangat memprihatinkan. Rata-rata stalker wisata kita hanya berasal dari Jawa Tengah saja. Bandingkan dengan Kebumen yang hampir diminati oleh wisatawan seluruh Jawa, dari Banten hingga Madura. Hal yang sama terjadi ketika Purworejo dikomparasikan dengan Temanggung.

Sebaran ini bahkan bisa dilihat hingga tingkat Internasional. Untuk mempelajari data-data seperti ini, masyarakat Purworejo bisa dengan mudah memanfaatkan alat Google Trends. Sudah seharusnya pemerintah memiliki alat penghitung yang jauh lebih canggih. Kalau memang sudah ada, apakah ada yang bisa memberi info data-datanya?

Langkah-Langkah Strategis

Mumpung masih awal tahun sebenarnya masih banyak langkah strategis yang bisa dilakukan.

Pertama, Membangkitkan Komunitas Blogger di Kabupaten Purworejo. Di dunia maya atau dunia digital, keberadaan blogger adalah hal wajib. Blogger inilah penyumbang keyword terbesar. Sayangnya komunitas Blogger di Kabupaten kita agak lesu. Untuk membangkitkannya, pemerintah bisa mengundang Blogger untuk kopdar bersama dan kemudian merumuskan langkah-langkah strategis dalam peningkatan popularitas Wisata Purworejo. Kelebihan Blogger adalah mereka paham betul tekhnik dan trik-trik mengalahkan ‘Google’ untuk membuat wisata Kabupaten kita terdongkrak ke atas.

Kedua, Membuat Lomba Menulis. Selain melibatkan Blogger, Pemerintah Daerah harus bisa mengajak masyarakat bergotong royong mengangkat popularitas kota kita. Karena urusan menulis ini susah-susah gampang, Pemerintah bisa melakukan branding dalam bentuk “Lomba Menulis Wisata Purworejo”. Lomba bisa diwajibkan ke semua sekolah, akan tetapi harus memperhatikan hal-hal berikut: Pertama, Tulisan di upload di platform digital seperti blog atau platform citizen journalism digital seperti wagers.id ini. Kedua, Pemerintah harus membuat brief yang matang yang memperhitungkan item-item SEO atau optimasi mesin pencari. Ketiga, Pemerintah melibatkan Blogger atau praktisi dunia digital untuk menjadi pengawal lomba sekaligus jurinya.

Langkah-langkah mandiri kehumasan pemerintah dalam membuat profil destinasi wisata dan lain sebagainya memang bagus. Tapi saingan di mesin pencari bukan sebatas soal kualitas tapi juga soal keroyokan dalam membuat keyword yang sama. Nah, kalau secara kualitas profiling nya saja kurang bagus ditambah jumlahnya yang masih sedemikian sedikit pasti hasil yang akan dicapai juga tidak maksimal. Ya, ini sekedar ide. Mari dilanjut nyruput kopinya.

2 Comments. Leave new

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Rekomendasi
Populer This Month
Populer
Direktori