Asu’ dan ‘Celeng’ tak berhak di kambing-hitamkan karena akhlaq generasi muda yang kian semrawut. Alasan pertama, asu dan celeng jelas-jelas bukan kambing, Asu ya Asu, Kambing ya Kambing. Mana rela mereka di kambing-kambingkan. Jika sudah terbiasa menggonggong lidah rasanya kelu ketika tiba-tiba disuruh ngembek.
Alasan kedua, mengukur akhlaq seseorang tak sesederhana dengan melihat asu-celengnya. Sebagian dari kita mulutnya ‘bak’ kebun binatang tapi jujur dan setia kawannya luar biasa. Sebagian lagi, sopan menawan tapi tak segan-segan potong uang rakyat dan menjatuhkan saudara seperguruan. Ini dinamika hidup.
Saya tak dalam situasi membenarkan Asu-Celeng itu. Saya ingat betul pesan ibu untuk selalu berbicara yang baik, tentunya diikuti pula dengan tingkah laku yang baik. Semakin menua pesan ibu itu semakin melekat. Banyak hal yang orang tua sampaikan baru bisa kita sadari dan rasakan kebenarannya di usia dewasa. Sebab itu muncul kata ‘penyesalan’.
Saat kita muda, kita memiliki pengendalian yang baik terhadap otak kita. Dalam ilmu kesehatan, otak sedang prima-primanya untuk merekam dan mengolah informasi. Soal matematika bisa dilibas dalam hitungan menit, kecuali Anda memang tak pernah suka matematika. Rumus microsoft excel bisa bertingkat-tingkat rumus kondisi. Semakin menua semuanya serba rumit. Atas permasalahan sederhana saja otak kita gampang menyerah. Jadwal-jadwal berantakan karena bertemu lupa. Sebabnya sederhana, otak dalam masa penerununan dan memori menjadi sangat terbatas.
Dulu, kita bisa memilih dimana Asu-Celeng ditempatkan. Dihadapan teman-teman dekat atau musuh paling keparat sekalian. Di forum-forum resmi dan bertemu pejabat kita pilih kalimat-kalimat yang lebih baik, meski itu semua sandiwara. Ya, dengan memori yang besar dan sedang prima otak kita menampung banyak pilihan kata untuk banyak situasi. Tapi semua rontok karena usia. Kata-kata itu akan berdesakan di tengah memori yang limit. Semakin banyak Asu-Celeng, semakin banyak memori lain yang terpaksa dibuang. Pada titiknya nanti, otak tak mampu lagi memilih kata-kata untuk situasi yang berbeda.
Ini toh, yang dipesankan ibuk untuk membiasakan diri dengan hal-hal baik. Menghindari Asu-Celeng bukan karena mengkambinghitamkan kata yang terekam di KBBI ini, tapi untuk memberi ruang kalimat-kalimat yang lebih baik di dalam memori otak kita. Yang semakin tua semakin terbatas.