Aplikasi ‘Jalan Aman Purworejo‘ baru saja di launching. Sampai malam ini sudah didownload lebih dari 100 orang. Respon netizen Indonesia bagian Purworejo cukup ramai. Sayangnya, sebagaimana netizen, respon-respon itu tidak sedikit yang berkelamin ‘nyinyir’ dan ‘pesimis’. Setidaknya ada beberapa nyinyiran yang dialamatkan kepada pemerintah dengan opini: 1) Biaya aplikasi yang pasti mahal, 2) Urgensi penggunaan aplikasi dalam pelaporan jalan rusak dan 3) Apakah kalau sudah lapor lewat aplikasi dijamin akan ditangani atau tidak.
Soal pertama, saya nggak bisa meluruskan. Saya juga belum tahu berapa biayanya, dan dimana bisa mendapatkan informasinya. Mungkin pembaca bisa kasih bocoran.
Urusan yang kedua, lha mbok ya jangan buru-buru antipati terhadap tekhnologi. Memang, mungkin saja yang dimaksud masyarakat, uang yang digunakan untuk membuat aplikasi itu lebih baik di gunakan untuk kerja kongkrit memperbaiki jalan yang jelas rusak terlebih dahulu. Menurut saya disini yang agak keliru, nyata-nyata penggunaan tekhnologi bisa memberikan dampak yang efisien dan efektif.
Contoh sederhananya, karena bantuan tekhnologi teman kamu bisa ‘shareloc‘ lokasi dimana ia sedang bertapa, sehingga kamu gak perlu kehabisan banyak bensin karena muter, muter dan muter karena nyasar terus-terusan. Termasuk soal perbaikan jalan ini. Bisa jadi tho, yang selama ini di perbaiki ya jalan-jalan yang itu-itu saja, yang milik konstituen atau yang dilewati kawan-kawan dekat. Alasannya karena laporan yang masuk ya ‘hanya’ itu. Ini bisa jadi lho… Tapi dengan adanya aplikasi jalan aman ini, akan memberikan ruang yang lebih adil dan luas terkait ‘siapa’ yang dapat melaporkan kerusakan jalan di daerahnya. Tidak hanya konstituen, dan tidak hanya teman dekat. Makanya kita perlu menjawab persoalan yang nomer tiga.
Masalah yang ketiga, masyarakat sudah kadung pesimis jalan rusak yang dilaporkan itu akan benar-benar ditangani. Logikanya, sebelum ada aplikasi ini, pemerintah gak bisa tahu secara lengkap kerusakan jalan yang terjadi di seantero Purworejo. Lalu aplikasi ini akan menjadi jendela informasi terkait kerusakan-kerusakan jalan itu. Yang ada dibenak masyarakat, pemerintah itu sebenarnya sudah tahu dengan kondisi kerusakan-kerusakan yang terjadi, tapi tidak ditangani. Kan aparatur pemerintah ada sampai ke desa-desa. Ini lhoooo yang bikin masyarakat pesimis. Masyarakat itu gak mau repot-repot habisin quota kalau ujung-ujungnya laporannya tidak ditangani. Kan mending untuk ‘ML’, ehm maksud saya Mobile Legend. ‘La wong yang di depan mata saja tidak diurus, kok pakai aplikasi segala’. Kira-kira begitu.
Tapi sekali lagi, jangan buru-buru pesimis. Setelah saya buka, aplikasi ini juga memiliki beberapa fungsi, salah satunya adalah update tentang laporan yang diupload oleh masyarakat. Jadi, tinggal pintar-pintar masyarakat dalam pemantauannya, 1) Laporan yang diberikan sukses masuk aplikasi atau tidak, jangan sampai setelah di upload gak muncul-muncul lantas pemerintah beralasan server sedang sibuk. 2) Laporan yang sudah masuk ditangani atau tidak, dan diupdate di dalam kolom informasi atau tidak. Jangan sampai seminggu, dua minggu, dua bulan, setengah tahun tidak ada update penanganan. Di PHP in. Itu yang harus jadi titik poinnya. Justru dengan aplikasi yang terbuka dan bisa diakses siapa saja, semua masyarakat jadi bisa mengumpulkan data-data tentang bener atau tidaknya kerja pemerintah, bukan sekedar asumsian belaka. Wabil khusus soal lapor-melapor kerusakan jalan ini.
Jangan buru-buru pesimis. Gunakan dulu aplikasinya. Lapor sebanyak-banyaknya sampai keypadmu boncos, jangan lupas selfie sengganteng-nggantengnya di lokasi terjadi kerusakan jalan. Kawal hingga ke penanganannya, termasuk kontraktornya bisa ngukur dan nyampur aspal yang bener atau tidak. Jangan kecepetan menghakimi, nanti malu. Kita lihat saja nanti siapa yang malu-maluin. Yuk, ah. ?
Link download: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.mytdgtl.jalanaman2