love scam penipuan

Mewaspadai Penipuan Nggak Segampang Itu

Bagi kamu yang pernah menonton film Money Heist mungkin kamu pernah mendengar istilah Syndrom Stockholm. Sindrom ini terjadi ketika terjadi ikatan psikologis antar penyandera dengan yang disanderanya. Yap, ikatan psikologis ini yang di tampilkan dalam film Money Heist, antara Miseon (sandera) dan Denver (penyandera). Dalam beberapa film perampokan, kejadian yang mirip sering kali terjadi, bahkan di beberapa kejadian sandera justru pada akhirnya dengan suka rela membantu penyandera untuk menuntaskan aksinya. Nah, ternyata film-film ini terisnpirasi dari kejadian nyata pada kasus perampokan Bank Stockholm yang terjadi pada tahun 1973. Pada kejadian nyata ini, salah seorang sandera bernama  Kristin Enmark bahkan sampai mengkritik pihak kepolisian secara terang-terangan di radio. Ia menuturkan bahwa ia dan para penyandera memiliki hubungan yang baik selama perampokan dan justru Polisi yang grasa-grusu dan membahayakan nyawa para sandera. Dari kejadian ini kita tahu, bahwa hubungan psikologis memang memiliki kekuatan yang luar biasa dalam suatu kejadian.

Hubungan psikologis ini sekarang banyak dimanfaatkan oleh para penipu untuk menggaet korbannya. Setidaknya tiga jenis penipuan yang pernah bersinggungan dengan saya secara langsung menggunakan pendekatan psikologis model ini.

Pertama, penipuan berkedok kecelakaan. Dulu saat saya masih SMA, ibu saya hampir menjadi korban penipuan model ini. Tiba-tiba ada seseorang yang menelpon Ibu saya dan mengatakan jika salah satu anaknya mengalami kecelakaan.

P: “Mohon maaf ibuk, anak ibu kecelakaan”

K: “Anak saya siapa, mas?”

P: “Ini mohon maaf belum bisa ditanyai karena kondisinya sedang kritis. Apa benar ada anak ibu yang sedang bepergian?”

K: Yang pergi ya Bejo mas, apa benar itu Bejo.

P: Sebentar ya ibuk, oh iya ini benar di KTP nya bernama Bejo.

Nah, pada kondisi ini Ibu saya semakin percaya kalau penipu benar-benar memiliki informasi yang valid. Padahal kevalidan data itu berasal dari informasi ibu saya sendiri. Andaikan Ibu saya menyebut nama Mardi, pasti juga penipu itu akan bilang namanya Mardi. Untuk mendramatisir suasana beberapa saat kemudian si penipu pura-pura menyerahkan telepon kepada temannya yang kemudian akan melakukan akting menangis dan minta tolong sehingga naluri seorang Ibu pasti akan sesegera mungkin memberikan pertolongan, salah satu metodenya: transfer sejumlah uang.

Penipuan sejenis ini kadang juga menggunakan model cerita yang lain seperti tertangkap tangan membawa narkoba atau barang terlarang lainnya.

Kedua, rekrutmen pekerjaan. Kejadian ini baru beberapa hari yang lalu saya alami. Tiba-tiba nomor tidak dikenal yang mengaku sebagai mitra salah satu perusahaan global mengontak saya dan menawarkan sebuah pekerjaan, Pekerjaannya sangat simple. Follow akun tertentu dan like beberapa postingan. Untuk setiap pekerjaan itu saya dibayar 10.000 dalam sesi yang mereka sebut sebagai training session. Sebagai karyawan training saya diberikan tugas dengan dipandu melalui whatsapp dan telegram. Pada hari pertama, saya mendapatkan uang 140.000 yang langsung masuk ke salah satu e-wallet saya. Mungkin pada situasi ini banyak orang akan terkena ‘serangan psikologis’ dari penipu yakni dalam bentuk rasa percaya karena uang telah benar-benar masuk ke rekeningnya. Namun, sebagai seseorang yang menggeluti dunia tekhnologi saya sudah sangat memahami bahwa ujung dari interaksi ini adalah penipuan.

Benar saja, setelah saya menyelesaikan training session ini kemudian admin mereka menghubungi lagi dengan kedok bahwa pekerjaan saya sangat memuaskan dan kemudian mereka mengarahkan saya untuk menginstal sebuah aplikasi resmi perusahaan agar pekerjaan dapat dipantau dengan lebih baik. Nah, aplikasi iniilah yang menjadi sumber permasalahan dan apabila benar-benar diinstal akan mengambil semua data yang ada pada handphone. Aplikasi atau link semacam ini biasanya juga bisa berwujud link undangan digital, link hadiah undian bank tertentu dan lain sebagainya. Penipu jaman sekarang luar biasa, berani keluar modal dulu :D. Mungkin uang yang saya terima ini bikin mereka uring-uringan karena saya tidak terjebak pada ‘ikatan psikologis’ yang mereka buat. Tapi masa bodoh, karena kemungkinan besar uang ini juga uang hasil dari penipuan mereka sebelumnya.

Ketiga, love scam. Penipuan berkedok cinta yang sedang marak di Indonesia. Beberapa tahun yang lalu seorang teman mengunjungi saya dan meminta pertolongan karena ia terjebak pada permainan ini. Love scam sangat banyak ditemui di Twitter atau Facebook. Si penipu memulainya dengan menjalin hubungan pertemanan di sosial media. Si penipu terus menghubungi calon korban lewat chat pribadi hingga korban merasakan ketertarikan bahkan jatuh cinta. Pada tahap awal si penipu biasanya menyatakan kekaguman kepada calon korban, dilanjutkan dengan menceritakan kisah suksesnya untuk membuat korban juga tertarik. Setelah hubungannya semakin jauh, pelaku akan menjual drama dan simpati dengan berkedok menjadi korban penipuan, sakit atau bahkan membutuhkan uang untuk bertemu dengan korban. Di kasus lain penipu mengaku memiliki tabungan yang besar dalam bentuk dollar, dan hanya bisa dicairkan apabila korban mau membantunya dengan mentransfer sekian dana agar blokir di Indonesia bisa dibuka.

Pada kasus teman saya bahkan lebih parah, sebab penipu sampai mengajak korban melakukan video chat tanpa busana. Yah namanya sudah bucin apapun dilakukan. Kenapa tanpa busana? Karena saat video chat itu, video korban akan direkam dan kemudian dijadikan alat pemerasan. Korban diancam apabila tidak mengirimkan sejumlah uang, video telanjangnya akan di sebar ke teman-temannya atau bahkan istrinya. Yang lebih parah lagi, pada saat teman saya video call ternyata penipu itu berkelamin laki-laki, jauh dari bayangannya selama ini bahwa ‘pacar gelapnya’ adalah wanita yang pintar dan sexy. Duhhh.

Mewaspadai penipuan memang nggak mudah. Sekarang penipu cenderung sabar bahkan rela mengeluarkan modal untuk menyerang korban secara psikologis. Untuk mengatasi ini sebenarnya kita bisa membuat beberapa rambu-rambu, yakni:

1, Jangan mau jika disuruh mentransfer uang dengan alasan apapun, misalnya uang registrasi aplikasi, uang keamanan uang tagihan dan lain sebagainya.
2. Jangan menginstal aplikasi sembarangan, juga jangan melakukan klik link website secara sembarangan. Pastikan dengan teliti dan pahami pengetahuan-pengetahuan dasar tekhnologi. Jika anda menerima file dengan akhiran .apk, itu sudah jelas sebuah aplikasi android. Anda harus berhati-hati. Jika ingin instal Aplikasi gunakan aplikasi resmi yang terdaftar di playstore/apple store.
3. Jangan berikan password, otp dan kode yang lain kepada siapapun melalui whatsapp atau sosial media. Bank dan perusahaan global lain tidak pernah meminta password atau OTP dalam metode pemulihan akun atau perbaikan akun.
4. Dalam  situasi apapun usahakan pikiran tetap tenang, adem dan kalem agar tidak dengan mudah dimanipulasi secara psikologis oleh penipu yang berkeliaran di ruang media sosial.

Semoga bermanfaat gaes. Tetap hati-hati ya gaes, bahkan dalam hubungan pacaran yang nyata pun kadang kita menjadi bodoh. Cinta memang seberbahaya itu 😀

Artikel
Ngopi, pilihan, Trending

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Rekomendasi
Populer This Month
Populer
Direktori