Pentingnya Menjaga Etika di Alam Demokrasi

Beberapa bulan lagi rakyat negeri ini akan mengikut pemilu serentak tahun 2019. Setiap penentuan kekuasaan termasuk Pemilu pastinya akan memunculkan dinamika tersendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sayangnya, seringkali dinamika-dinamika yang terjadi gagal dimaknai sebagaimana mestinya, sehingga mempengaruhi cara pandang mereka terhadap pemilu. Misalnya saja, maraknya money politik atau di sisi sebaliknya yakni pilihan sikap golput karena kadung kecewa dengan proses penentuan kekuasaan ini.

Untuk itu Masyarakat harus bisa memaknai pemilu ini dengan baik. Pemilu adalah entitas demokrasi dan seyogyanya masyarakat harus mampu menggunakannya dengan baik. Kedaulatan negara ada di tangan rakyat. Artinya tdak ada kepentingan yang lebih besar dalam suatu negara selain kepentingan rakyat itu sendiri. Dengan kedaulatan itu, rakyat memiliki kekuasaan penuh untuk menentukan siapa yang diamanahi untuk mengelola negara ini. Penyerahan amanah itulah dilakukan melalui mekanisme pemilu.

Rakyat harus sadar betul bahwa pemilu sebagai bagian dari demokrasi ini diselengarakan untuk mencari solusi bukan untuk ajang perebutan kekuasaan belaka. Jika pendekatannya hanya untuk mencari kekuasaan, sudah pasti hanya akan menimbulkan perpecahan. Harus dipahami bahwa sebenarnya semangat demokrasi juga adalah semangat berbagi. Jangan sampai hanya karena semata-mata mencari pemimpin malah mengantarkan ke perpecahan. Kadangkala ada hal yang kurang baik di tengah masyarakat yang harus kita hindari. Misalnya saja, kecenderungan untuk memusuhi orang yang tidak satu pilihan. Tetangga tidak mau lagi berbicara dan saling sapa karena beda pilihan politik. Sebagai bangsa yang dewasa ini sudah bukan lagi masanya memilih dengan fanatisme buta. Menyukai atau memilih pemimpin boleh saja, tapi jangan sampai menjadikan kita memusuhi orang-orang yang berbeda pilihan.

Kunci dari semua ini sebenarnya adalah etika. Berpolitik pun harus menggunakan etika. Sayangnya hari ini sudah mulai ditinggalkan. Etika berpolitik harus dikedepankan untuk menunjukkan kedewasaan kita dalam berpolitik. Sebagai orang yang hidup bersama-sama, ada kalanya kita satu pilihan dan ada kalanya kita berbeda pilihan. Kita harus bisa saling menghormati. Yang sama pun jangan saling membangun kekuatan untuk melawan yang lain. Orang yang tidak beretika, termasuk dalam berpolitik biasanya terjada karena hawa nafsu berlebihan yang kurang bisa dikendalikan. Semakin baik orang menjaga etikanya, semakin kuat seseorang akan memiliki rasa kasih sayang. Ini penting dibangun untuk kedewasaan kita semua dalam segala sendi kehidupan.

Selain itu, money politik juga menjadi masalah tersendiri di setiap penyelenggaraan pemilu. Hubungan transaksional seperti ini sering merusak tatanan. Kekuasaan yang diawali dengan jual beli akan memberikan efek domino yang buruk.

Dalam Al-Hikam Syeikh Ibnu Athoillah ngendika “Man Asyroqot bidayatuhu, asyroqot nihayatuhu” yang artinya Barang siapa dipermulaan perbuatannya baik, maka nanti diakhir hasilnya juga akan baik. Begitupun jika Pemilu ini sudah diawali dengan hal-hal yang tidak baik pad akhirnya pun akan menuai hasil yang kurang baik.

Min ‘alamati najhi fi-n-nihayah wa ruju’ ilallahi ta’ala fi-l-bidayah, kalau kita ingin akhir yang sukses, maka harus dimulai dengan niat yang baik.

Jadi, kalau awalnya sudah transaksional, pasti kekuasaan yang di dapat akan cenderung ke hal-hal yang kurang baik seperti misalnya penyalahgunaan wewenang dan lagi-lagi tidak menggunakan etika. Dengan transaki uang itu, rakyat akan melupakan akal dan logikanya. Rakyat tidak mau lagi berfikir sungguh-sungguh mencari pemimpin yang terbaik. Rakyat menjadikan uang sebagai satu-satunya standar. Ini bahaya. Padahal jika sudah besar-besaran uang, siapa yang kaya itu yang akan jadi pemimpin. Ujung-ujungnya rakyat tidak lagi berdaulat. Yang akan menjadi pemimpin adalah siapa yang punya banyak modal. Kalau sudah seperti ini negara kita hanya akan dijajah oleh kapitalisme di semua sisi. Mulai dari ekonomi bahkan hingga dalam penentuan pemimpin. Kalau sudah mentalnya gue jual lo beli, akan banyak masyarakat yang mudah di adu domba padahal negara kita ini sudah rawan konflik.

Sebagai masyarakat yang peduli terhadap bangsa dan negaranya, rakyat harus bisa ikut menjaga itu semua. Kepentingan rakyat haruslah dikawal oleh rakyat sendiri. Meskipun sudah ada lembaga-lembaga yang mengatur pemilu, rakyat sendirilah garda terdepan untuk memastikan pemilu ini dapat menjadi sarana demokrasi yang baik dan menghdirkan solusi terhadap berbagai persoalan yang kita hadapi. Caranya tentu saja berbeda-beda tergantung kemampuan. Paling pertama tentu saja mulai dari diri sendiri dan keluarga. rakyat harus berani menolak money politik. Bagaimana mungkin kita mengharapkan negara yang baik sementara kita sendiri menerima cara-cara yang tidak baik.

Selanjutnya, rakyat bisa mengajak keluarga atau orang-orang di lingkungan terdekat. Ajak mereka untuk menolak money politik karena rakyat punya kepentingan yang jauh lebih besar ketimbang amplop yang hanya sesaat. Money politik di tengah tentu saja dimulai dari keteladanan yang salah. Untuk itu, rakyat harus bisa membangun budaya baru yang baik yakni dengan saling meningatkan dan memberikan keteladanan yang baik, khususnya dalam pemilu ini.

Disamping itu, rakyat juga bisa membantu lembaga pemerintah dalm hal ini Bawaslu untuk menemukan pelanggaran-pelanggaran yang ada. Kalau bisa bersinergi dan semangatnya sama-sama untuk kebaikan pasti hasilnya akan luar biasa.

Bawaslu sendiri sebagai lembaga yang mengurusi pemilu, harus seadil-adilnya karena sudah dilantik dan disumpah. Jangan thingak-thinguk dan laksanakan amanah  sebaik-baiknya. Jangan sampai salah menggunakan wewenang. Bawaslu bisa menjadi sumber masalah jika tidak hati-hati dan tidak adil.

Harapan saya, pemilu 2019 ini bisa jujur dan aman. Dengan pemilihan yang baik insya Allah negara ini akan tetap aman dan terhindar dari kegaduhan. Jangan gunakan hal-hal yang tidak jujur seperti ujaran kebencian dan hoax. Semoga Bawaslu bersama masyarkat bisa mewujudkan pemilu yang baik.

Ditulis dari hasil wawancara dengan KHR Chakim Chamid, Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar Maron. Pernah dimuat di majalah Lentera Pemilu Bawaslu Kabupaten Purworejo Edisi 1

2 Comments. Leave new

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Rekomendasi
Populer This Month
Populer
Direktori