Sudah lebih dari satu dasawarsa sejak Android versi pertama diluncurkan. Ya, sistem komputasi handphone yang sehari-hari menempel pada tangan kita telah memiliki usia yang cukup matang. Jika diibaratkan anak-anak, 10 tahun adalah usia yang krusial. Biasanya mereka menginjak kelas 3 atau kelas 4 SD. Sebagai warga negara yang baik mereka sudah sangat hafal Pancasila dan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Di sisi lain lain pikiran mereka makin cerdik, usia tersebut adalah usia yang telah mencukupi bagi mereka untuk mulai mengenal ‘Antropologi SD’ dan tetek bengeknya. Misalnya saja, siapa guru yang paling bengis, pelajaran apa yang paling dibenci atau bahkan lebih suka melompat pagar atau diam-diam membolos lewat gerbang? Itu semua rentetan pertanyaan yang menjadikan dunia per-sekolah-dasar-an mereka menjadi sangat kompetitif.
Android yang telah menginjak usia 10 tahun pun kini makin cerdik dan menjadikan karakternya makin kuat di benak masyarakat. Siapa yang tak kenal Android patut diduga sebagai manusia purba. Siapa yang tak mampu memiliki minimal satu android di tangannya bisa-bisa memenuhi kriteria penerima zakat. Waduh! Namun, sungguh disayangkan kita sebagai rakyat Indonesia tetap saja ‘istiqomah’ menjadi konsumen sejak munculnya Android A hingga kini menjelang munculnya Android Q yang katanya bakal dilengkapi dengan fitur Family Link. Ya, ini semacam fitur kontrol orang tua ke keluarga yang ia sayangi. Kalau sampeyan termasuk orang yang galau karena iklan ‘IMO Watch’ di Youtube, sebuah jam tangan canggih untuk anak-anak yang harganya juta-jutaan itu, insyaAlloh Android Q menjadi solusi yang rahmatan lil ‘alamin. Tapi ya poinnya itu, sekali lagi dari waktu ke waktu kita hanya jadi konsumen alias penghuni terendah dari sebuah piramida kehidupan. Ya, tidak dipungkiri beberapa kalangan memang telah berhasil merangsak menjadi distributor. Tapi ya mbok ingat-ingat petuah Bung Karno, “Bermimpilah setinggi langit, jika engkau terjatuh akan jatuh diantara-bintang-bintang”. Lha mbok yo, mari kita mulai bermimpi menjadi produsen sistem operasi atau sistem komputasi yang kemudian bisa dipakai di seluruh dunia. Bayangkan jika ratusan juta rakyat kita yang pengguna android ini datanya disalah gunakan pihak pembuat, mau jadi apa negara kita. Sudah seharusnya gantian kita yang menyalahgunakan data dari rakyat seluruh dunia. Hehe.
Cuman… Dalam cangkrukan tadi malam saya berfikir kalau cita-cita besar ini mesti di rasionalisasi. Rakyat kita ini rakyat yang apa adanya, tak mau begitu berfikir yang ribet-ribet. Jangankan jadi produsen yang membutuhkan banyak kajian algoritmik dan tetek-bengek urusan spesifikasi. Membayar pajak atau mengurus ijin legalitas distribusi saja sudah cukup merepotkan sehingga banyak yang memilih menjadi komunitas ‘BLACK MARKET BLACK MARKET CLUB’. Intinya rakyat kita ini hanya ingin yang simpel-simpel saja. Yang penting cita-cita itu bisa dikerjakan sembari ngudud dan ngopi. Soal tercapai atau tidaknya sudah diserahkan sepenuhnya sebagai hak prerogatif Tuhan yang tak perlu repot-repot kita gugat. Hal yang paling rasional dan sudah menjadi budaya rakyat kita ya paling banyak-banyakan usul. Lihat saja mulai dari rapat RT hingga rapat BPD, pokoknya usul, usul dan usul terus. Rapat hari Senin mengajukan usul, lalu bubar tak ada kabar. Satu bulan kemudian di hari Senin yang lain kembali mengadakan rapat untuk ‘meng evaluasi rapat’ yang belum tereksekusi itu. Hasilnya apa? Usul-usul kembali mendominasi atmosfir ruang balai Desa. Dan begitu seterusnya. Tapi ndak papa, justru berangkat dari situlah kita bisa membuat perubahan dunia.
Poro rawuh, ada situasi penting di dunia yang hari ini benar-benar membutuhkan sumbangan usulan kita. Google sedang galau menentukan nama Android ‘Q’. Alasannya karena Google memiliki sangat sedikit opsi nama camikan atau hidangan ringan yang sudah dari versi ke versi dijadikan nama versi Android mereka. Sebut saja, Donut, Froyo, Ice Cream Sandwich, Jelly Bean, KitKat, Lolypop, Nougat hingga yang terakhir Android Pie. Tapi kalau rasa-rasanya kita mengusulkan nama untuk Android Q terlalu terburu-buru. Ya, siapa tahu kali ini budaya usul kita tidak lagi sebatas jadi usul, tetapi bisa benar-benar menyumbang pemikiran untuk peradaban digital ini. Maka, dari itu saya mengusulkan ‘Wajik’ sebagai nama Android W dengan beberapa alasan sebagai berikut:
Indonesia Peringkat 6 Pengguna Android Terbanyak,
Sebagai negara nomer 6 di dunia pengkonsumsi smartphone terbanyak, rasa-rasanya sudah layak untuk kita mengusulkan nama camilan ini. Menurut newzoo.com ada 73 juta rakyat kita yang menggunakan Android. Dan dalam beberapa tahun kedepan jumlahnya diprediksi terus meningkat.
Masih Cukup Waktu Sampai Dikeluarkannya Android W,
Setelah Android Q sebenarnya kita mempunyai beberapa cemilan potensial untuk diusulkan menjadi nama. Sebut saja Rengginang yang menjadi bahan prank saat lebaran untuk Android R, Sosis So Gud yang menjadi makanan wajib untuk semua anak-anak di negeri ini untuk Android S ataupun Tahu Bulat digoreng dadakan untuk Android T. Namun, jika melihat siklus kemunculan versi Android, setidaknya Android W lah yang paling logis karena baru akan diluncurkan 5-7 tahun kedepan. Itu jelas waktu yang cukup untuk mengeksekusi usulan-usulan tingkat RT ini.
Wajik Adalah Makanan Rakyat Yang Terkenal,
Rakyat Indonesia mana yang tidak mengenal wajik. Bentuknya yang khas kotak-kotak coklat gimana menjadikan makanan ini sangat mudah diidentifikasi, Bahkan orang kota yang tak pernah makan wajik pun biasanya akan langsung mengenalinya. Atau kalau belum percaya coba saja googling dengan kata kunci wajik maka akan ditemukan 1.460.000 hasil soal perwajikan lengkap dengan hasil temuan video-video youtube.
Wajik Menjadi Lambang Hajatan Di Negara Kita,
Di setiap hajatan dikampung-kampung biasanya wajik tak boleh luput dihidangkan. Mulai dari hajatan besar seperti pernikahan hingga sunatan. Atau hajatan-hajatan kenduri wajik menjadi salah satu menu yang menghiasi isi besek kita. Sebagai perlambang hajatan, wajik sangat pas untuk melambangkan cita-cita besar bangsa kita.
Wajik Asli dan Khas Indonesia,
Wajik yang terbuat dari ketan ini sungguh-sungguh sangat Indonesia sekali. Di tengah makanan-makanan instan di dunia barat yang menjadi cemilan favorit, wajik menunjukkan bahwa negara kita memiliki khasanah tersendiri soal camilan. Camilan-camilan tradisional di Indonesia biasa dibuat dalam proses yang tidak instan. Bahkan biasanya dibuat gotong-royong oleh warga. Selain menghasilkan makanan, proses itu juga menghasilkan obrolan-obrolan hangat yang merekatkan. Sebagaimana makanan-makanan yang terbuat dari ketan yang lengket itu juga memiliki filosofi jawa merekatkan persaudaraan. Luar biasa bukan?
Saatnya Mengusulkan Wajik Menjadi Android W
Jika sudah begitu, maka saatnya kita mengeksekusi usul itu menjadi tindakan yang nyata. Dalam 5-7 tahun ini banyak hal yang bisa kita lakukan agar wajik makin mendunia. Misalnya saja dengan meningkatan peredaran wajik di Indonesia. Caranya bisa dilakukan dengan hal yang paling sederhana yakni memasukkan wajik menjadi menu wajib di pelajaran tata boga. Atau bahkan bisa dilakukan dengan meningkatkan pelatihan-pelatihan pembuatan wajik di perkotaan. Toh, generasi millenial kita sudah mulai tidak peduli dengan khasanah lokal seperti ini.
Selain itu, kalau mau lebih serius kita bisa mengirimkan ber ton-ton wajik ke kantor Google di California. Siapa tahu bisa bikin rekor MURI bahkan rekor dunia Pengiriman Wajik Terbanyak di Dunia. Kalau mau minta bantuan presiden, bisa juga diusulkan kepada Presiden dan jajarannya agar senantiasa membawa wajik dalam kunjungan kenegaraannya. Ketemu Donald Trump kasih wajik, ketemu Erdogan kasih wajik dan ketemu Kim Jong Un kasih wajik lagi. Kalau ditanya, “What’s This Food Called Pakdhe Jokow?”. Langsung saja dijawab, “This is Wajik, Makanan ini yang akan meredakan ketegangan di dunia dan mempererat persaudaran kita semua”.
Usul yang superrr bukan?
1 Comment. Leave new
[…] Tidak pernah gamblang, mengapa Google memilih nama tertentu untuk versi Androidnya, dan sepertinya ini memang dibiarkan mengalir untuk menjadi bahan perdebatan yang menarik oleh para penggemarnya. Yang bisa kita tangkap hanyalah, ‘rasa manis’ telah menjadi salah satu ciri khas dan strategi pemasaran Android hingga saat ini. Hmmm, kapan ya camilan atau makanan manis dari Indonesia bisa jadi Nama Android? Kan, penduduk +62 salah satu pengguna terbesarnya. (Baca Juga: Saatnya Mendaulat Wajik Menjadi Nama Android ‘W’) […]