Ada perubahan besar terjadi di alun-alun Purworejo. Kini jauh lebih memanjakan mata. Jalur sepeda dan jogging itu setiap sore dipenuhi banyak wanita muda yang sexy dan style nya lumayan metropolitan. Jadi pemandangan yang seger untuk saya orang ndeso. Sewaktu saya ke alun-alun bersama istri, saya berseloroh, “Duh, waktu belum nikah kenapa gak ada pemandangan seperti ini? Giliran dah nikah godaannya banyak”. Selorohan yang ditanggap biasa aja sama istri. Mungkin ia merasa selorohan itu gak penting-penting amat, atau bisa jadi ia tahu betul kesetiaan saya sudah di semen dengan semen yang bukan semen proyek sehingga campurannya benar-benar mampu mengokohkan rasa percayanya. Soal mulut yang asal njeplak dari suaminya, itu sudah ia kenal jauh-jauh hari dengan siap menerima segala resiko kebercandaannya.
Tapi itu hanya sebagian kecil. Yang mbak sexy nya tadi itu lo. Itu hanya sebagian kecil dari pemandangan baru di alun-alun Purworejo. Terakhir kesana saya menemukan banyak hal. Ceritanya begini, salah seorang teman melipir kerumah bersama anak istri. Tujuannya mengajak saya plesir ke Jogjakarta. Saya jawab singkat, “ke alun-alun Purworejo aja gimana?”. Alasannya adalah, ke jogja membutuhkan banyak waktu dan biaya. Ke alun-alun, dekat dan tak berbiaya. Kecuali Anda melanggar prokes dan tak bisa menghafal pancasila. Konsekuensinya di denda satpol PP.
Selain itu, alun-alun ini saya rekomendasikan karena menurut saya sangat ramah anak. Saat anak saya berusia 11 bulan dan baru saja bisa berjalan, saya ajak anak saya ke alun-alun. Senangnya luar biasa. Ia berlari ke sana kemari dengan tempat yang luas dan begitu bersih, ketemu banyak anak kecil lain pula. Senengnya itu nular ke bapak ibunya. Gak tahu kenapa, kok pas pulang memberikan kesan ‘bahagia’ ke saya dan istri.
Jadilah saya dan teman saya banting acara ke alun-alun saja. Toh, istri temen saya juga mendukug 100 persen. Kebetulan anak teman saya itu juga baru bisa berjalan. Dan ternyata, anaknya juga senang luar biasa. Meski sempoyongan iya terus mengitari bagian-bagian Alun-alun. Mulai dari pojokan durian, sangkar burung, ke dekat perosotan yang masih di garis polisi bahkan hingga ke tengah lapangan. Kesenangannya menular ke bapak ibunya, dan lebih jauh menular ke saya dan istri karena merasa liburan bareng ini sukses besar.
Di alun-alun saya juga menemukan sepasang suami istri dengan anaknya yang mungkin berusia kelas 5 SD. Keluarga ini kejar-kejaran dan tertawa lepas, meski pakaian mereka seadanya dan terlihat sobek di beberapa bagian. Di sisi lain saya kembali menemukan sebuah keluarga yang berusaha coupel-an ala ikatan cinta dengan baju warna hijau. Meski tidak sama persis. Ada yang hijau tua, hijau muda, hijau tosca dan hijau army. Komplit. Yang penting hijau. Pemandangan-pemandangan sederhana tapi los-dol bahagianya ini susah ditemukan di tempat-tempat seperti mal, gamezone atau tempat wisata bertarif mahal. Saya pikir alun-alun Purworejo telah diterima masyarakat Purworejo dan mampu membahagiakan masyarakat Purworejo. Diluar polemik anggaran yang sampai saat ini belum jelas jelunturungannya, harus diakui kalau Pak AB sudah sukses merubah fungsi alun-alun yang lama menjadi sesuatu yang lebih fresh dan menjadi tempat wisata gratis yang ramah untuk keluarga maupun jomblo. Fasilitasnya pun sedemikian komplit. Dulu sebelum tambun saya sering menggunakan alat gym gratis dan membuat saya hampir sixpack. Bagi saya ini tak terbantahkan. Sulit di Purworejo ditemukan daerah yang seperti ini.
Bahkan berdasarkan GMAPS, alun-alun Purworejo menjadi tempat yang paling banyak direview. Hingga saat ini sudah ada 18.333 review dengan rata-rata rating 4,5. Rating yang sangat bagus. Ini unggul jauh dari beberapa tempat keramaian di Purworejo misal Pantai Jatimalang 499/4,4, Taman Kota Geger Menjangan 424/4,2, Pantai Jetis 4.213/4,2, Bale Bebakaran Kutoarjo 1.131/4,3, Rumah Makan Satu-satu 615/4,0, Pasar Baledono 2.233/4,4 dan banyak tempat lain.
Asumsi saya, berarti alun-alun Purworejo juga menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi. Dengan rating yang sedemikian bagus artinya masyarakat Purworejo menyukainya. Entah itu bagi keluarga muda seperti saya yang ingin membahagiakan istri dan anak dengan gratis, untuk para mahasiswi yang lagi tebar jaring dengan modus joging atau bahkan para jomblo yang cuci mata dan mencari wanita idaman. Dan bisa jadi juga sering dikunjungi diam-diam oleh para pemeriksa proyek dan keuangan. Silahkan saja.
Untuk hal-hal yang baik mestilah tetap kita apresiasi. Soal ada bolong-bolong dan slentang-slenting yang kurang mengenakkan masyarakat boleh mengkritisi. Semua demi Purworejo yang lebih nyaman lagi.