Komunitas pecinta alam, NUBackpacker menggelar Silaturahmi Nasional (Silatnas) yang pertama di Taman Edukasi Mangrove Demang Gedi, Kecamatan Purwodadi, Purworejo. Setidaknya dalam satu tahun ini, NUBACKPACKER telah dua kali mengadakan acara bertaraf nasional. Sebelumnya, Januari lalu NUBackpacker mengadakan GATHNAS nya yang pertama di Jogjakarta. Tindak lanjut GATHNAS itu diwujudkan pada forum Silaturahmi nasional (Silatnas) yang diselenggarakan pada 24-25 Agustus di Taman Edukasi Mangrove Demang Gedi, Purworejo. Kegiatan yang digelar selama dua hari tersebut diikuti oleh perwakilan pengurus NUBackpacker dari berbagai daerah di Indonesia.
Koordinator Nasional NUBackpacer, Muhammad Hidayatullah mengatakan, meski sudah terbentuk sejak 2015 silam, namun komunitas yang digagasnya itu belum tertata secara baik. Silatnas tersebut menjadi momentum untuk merumuskan tata kelola komunitas agar dapat berjalan dengan lebih baik.
“Komunitas NUBackpacker mengalami perkembangan yang sangat masif akhir-akhir ini. Bahkan, kepengurusan komunitas pecinta alam dan kemanusiaan ini sudah berdiri di puluhan Kabupaten/ Kota di Indonesia. Tidak hanya Jawa saja, namun Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga NTT,” katanya usai kegiatan, Selasa (27/8).
Karena besarnya respon dari berbagai daerah di Indonesia tersebut, pihaknya merasa perlu untuk merumuskan tata kelola komunitas. Selain agar koordinasinya semakin rapi, juga untuk sharing pengetahuan tentang kecintaalaman maupun merespon isu-isu lingkungan.
“Alhamdulillah selama dua hari terakhir kami berhasil menyepakati rumusan visi misi, gagasan dasar, nilai utama serta pembahasan struktur komunitas dan rencana program kerja NUBackpacker,” katanya seraya menyebut jika kegiatan tersebut diikuti oleh 31 pengurus koordinator daerah se Indonesia.
Terkait isu lingkungan, dalam kegiatan tersebut pihaknya juga merespon tentang lonjakan sampah plastik di gunung dan laut yang semakin mengkhawatirkan. Secara internal mereka membuat tiga tahap pengendalian sampah plastik. Level pertama adalah polisi sampah. Yakni usaha-usaha untuk mengingatkan diri sendiri, anggota, dan orang lain yang membuang sampah sembarangan di gunung ataupun laut.
“Kedua anggota NUBacpacker menjadi pengantar sampah, artinya mengambil sampah yang dibuang sembarangan dan membawanya ke tempat sampah. Level Tiga, pengelolaan sampah. Ketiga gerakan itu dikembalikan ke daerah sesuai kemampuan masing-masing,” katanya.Â
Dikatakannya, komunitas yang memiliki tagline Tinggi Tanpa Merendahkan yang anggotanya adalah pecinta Nahdlatul Ulama dan berasal dari berbagai latarbelakang tersebut berharap, kegiatan Silatnas itu para anggota memiliki keseragaman dalam memaknai kehadiran NUBackpacker sekaligus meneguhkan NUBackpacker sebagai rumah besar bagi petualang dengan mengedepankan aspek kemanfaatan untuk alam dan lingkungan.